Lihat ke Halaman Asli

Masyarakat, BPS dan Kemajuan bangsa

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS) sebuah instansi vertikal yang berurusan dengan data. BPS adalah instansi dimana tempat saya bernaung, belum satu tahun saya berada di sana, namun sudah cukup banyak pengalaman yang saya dapatkan.

Banyak pihak yang menunggu-nunggu data BPS, terutama pemerintah namun tidak sedikit pula yang menghujat data BPS, misalkan tidak valid lah, tidak up to date lah...atau apalah...namun itulah BPS...sebuah badan yang harusnya menjadi ujung tombak pembangunan Indonesia.

Kita tentu tahu, tanpa tersedia data yang baik...pembangunan apapun di sektor apapun akan seperti meraba-raba tidak tahu ke arah mana pembangunan akan dilaksanakan...yang pada akhirnya akan menyebabkan pembangunan yang tidak tepat sasaran, bahkan salah sasaran.

Lalu bagaimana kita bisa mendapatkan data yang baik??

Jawabannya akan saya jelaskan secara tersirat berdasarkan apa yang sudah saya alami sejauh ini.

Pernah suatu ketika saya menggunakan angkutan umum untuk menuju kantor saya yang terletak di kawasan terpadu (Jadi semua kantor pemerintah berada di satu kawasan), satu persatu penumpang menyebutkan nama dinas-dinas tempat mereka akan turun, dinas inilah, dinas itulah...terakhir saya menyebutkan BPS pak!, apa yang terjadi? sang supir pun bingung, lalu saya bicara lagi, Statistik pak??? sang supir pun masih juga bingung,....ketiga kali terpaksa saya menyebutkan nama tetangga kantor saya..di sebelah KPU pak....! lalu jawab si supir..o, sip deh! ....

Saya yakin di setiap daerah, masih banyak orang-orang yang tidak mengetahui bahwa ada suatu instansi yang bernama BPS seperti apa yang saya alami bersama supir angkutan tersebut. Jangankan supir, teman-teman saya yang berpendidikan juga masih banyak yang tidak tahu apa itu BPS, bergerak di bidang apa? Walah-walah....

Pengalaman lain yang juga saya yakin dialami rekan-rekan BPS lainnya adalah ditolak oleh responden...pernah ketika saya hendak mencacah SUSENAS (Surve Sosial Ekonomi Nasional) di sebuah desa, belum juga saya menjelaskan maksud kedatangan saya kepada seorang ibu, malah sudah diusir duluan...saya jelaskan dia tidak mau dengar, akhirnya terpaksa saya membawa seorang teman yang lebih "berpengalaman" menerima cacian dan usiran untuk menjelaskan pada sang ibu....dan akhirnya sang ibu pun mau menerima saya...(teman-teman saya yang lain pun banyak mengalami hal serupa, bahkan lebih tidak menyenangkan)

Pengalaman yang tidak kalah seru adalah menghadapi (beberapa) perusahaan-perusahaan, sangat sulit rasanya bisa memasuki perusahaan untuk melakukan pencacahan ( padahal sudah membawa surat tugas -terbukti bahwa sura tugas dengan cap dan tanda tangan kepala BPS sama sekali tidak ampuh-). Kalaupun bisa ditemui sulit untuk diwawancarai, dan seringnya harus meninggalkan dokumen untuk mereka isi kemudian, tapi apa yang terjadi, setiap saat datang mengecek, dokumen belum juga diisi, bahkan seringkali hilang....atau paling tidak diisi sekedarnya (lumayan lah)

Berkaca dari hal tersebut, terlihat sekali sepertinya masih banyak pihak yang tidak tahu pentingnya apa yang dikerjakan BPS. Dari ketidaktahuan ini akhirnya memunculkan ketidak pedulian dari kita mengenai kebutuhan data sebagai penunjang kebijakan.

Sementara sebagian pihak sama sekali tidak mendukung bahkan terkesan menyulitkan kegiatan BPS, sebagian lainnya sibuk menghina data yang dihasilkan oleh BPS, bahkan kaum intelek...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline