Setelah lama tidak terdengar berita tentang kelakuan Malaysia yang menyakitkan Bangsa Indonesia, kali ini kembali terjadi dengan tuduhan Malaysia bahwa Indonesia selaku tuan rumah sea Games mengikut sertakan cabang olahraga yang menguntungkan atlat-atletnya, agar Indonesia bisa jadi Juara umum tuduhan ini wajar-wajar saja selama tidak memberikan stigma negative kepada bangsa Indonesia, apalagi judul dalam "berita harian " tersebut adalah "Taktik Kotor Indon" . Apa yang diulas oleh media Malaysia tersebut sebenarnya sudah menjadi kebiasaan negara tuan rumah, baik dalam ajang Sea Games, Asian Games dan Olimpiade. Bahkan untuk cabang-cabang tidak terukur sudah sering kita dengar keberpihakan juri terhadap atlet tuan rumah di beberapa event olahlaraga Dunia, sudah seharusnya Malaysia tidak terlalu berlebihan dan bersikap reaktif, apalagi dengan kembali membuka luka lama dengan sengaja mengunakan ejekan yang merendahkan dengan kata-kata "Indon". Indon biasanya digunakan rakyat dan media Massa Malaysia untuk merendahkan para TKI/TKW yang bermasalah, juga memiliki makna negatif karena melecehkan, menggambarkan Indonesia bodoh, TKI buruh kasar, dan sebagainya. Sebenarnya jika mau jeli tidak hanya harian "berita harian" yang mengunakan kata-kata "indon" untuk memberitakan negara kita, "star news" sampai saat ini masih sering mengunakan "indon" , misalnya berita tanggal 13/10/2010, Net interest income, Indon ops boost Maybank earnings, tanggal 18 maret 2010, Takaful wants Indon partner. [caption id="attachment_87186" align="alignnone" width="600" caption="poto inilah com"][/caption] Barangkali lidah dan tangan orang Malaysia sudah begitu lekat dengan kata Indon, sepertinya apa saja yang berkaitan dengan Indonesia pastinya buruk, bodoh dan mudah diakali. Perasaan superior Malaysia suka atau tidak suka, harus diakui, karena jutaan tenaga kerja kita dengan keahlian dan pendidikan yang rendah dari PRT sampai tukang bangunan bahkan tukang koret kebun sawit adalah saudara-saudara kita. Masyarakat Malaysia juga kita tahu, bahwa Malaysia mempunyai aset berharga di Indonesia, dari Bank BII, Bank Niaga, bahkan 2 juta hektare lahan sawit yang tersebar dari Pulau Sumatra sampai Kalimantan juga di miliki oleh pengusaha Malaysia. Sudah wajar bila- Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Kuala Lumpur, Malaysia, memprotes penggunaan kata "Indon" , karena ini menyangkut harga diri kita, walau saudara-saudara kita masih banyak yang miskin, bahkan pemerintah kita sendiri berani merubah angka kemiskinan agar kelihatan bangsa ini sudah lebih maju. Bahkan pada tahun 2007 saja "Departemen Luar Negeri secara resmi menyampaikan protes penggunaan kata Indon kepada Dubes Malaysia di Indonesia. Berkali-kali kita sampaikan teguran, mudah-mudahan itu akan hilang," kata Sekretaris I Penerangan & Humas KBRI Malaysia, Eka A Suripto. Tapi sayang, protes Indonesia hanya sekedar angin lalu, karena pemerintah Malaysia tidak pernah melarang penggunaan kata "Indon" bagi bangsa Indonesia, yang ada hanya imbauan pada tahun 2007 dari kementrian Malaysia untuk tidak mengunakan kata Indon. Stigma negative bangsa Malaysia ini memang kita sesalkan dan sedihkan, begitu buruknya Indonesia di mata media Malaysia. Sudah saatnya kita sadar, sebagai bangsa untuk merubah diri, untuk memperbaiki diri agar lebih baik. Stigma itu muncul karena bangsa ini gagal memberikan lapangan pekerjaan bagi anak bangsanya, bangsa ini juga gagal memberikan kekayaan alamnya untuk rakyatnya, tapi malah diberikan kepada asing dari Freeport, gas yang murah diekspor ke Jepang dan China, batu bara juga di ekspor sementara didalam negeri PLN masih berkutat dengan bahan bakar dan TDL. Bila kita tidak mau direndahkan bangsa lain, kita juga harus mampu membuktikan bahwa bangsa ini bisa mendidik rakyatnya agar mendapatkan pendidikan yang lebih baik, lebih murah, sehingga tidak selalu bangsa kita di stigma bodoh. Semoga Ejekan "Indon" bagi bangsa ini, memacu kita dan para pemimpin untuk memperbaiki negara ini, tidak hanya dengan perdebatan tapi dengan perbuatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H