[caption id="attachment_300507" align="alignnone" width="300" caption="poto tempo"][/caption] Tangisan SBY, menghipnotis rakyat Indonesia, dan bertanya kenapa SBY sampai tak mampu menahan air mata, setelah melihat tayangan video tentang perjuangan dan penderitaan petani cilacap, serta dibagikannya 5000 sertipikat bagi 5000 petani miskin, seluas 400 meter persegi perkk. Banyak pihak yang sinis, dan mengatakan "itu air mata buaya", bagi saya ini sebuah kewajaran, apalagi SBY melihat tayangan video yang begitu mengharukan akan penderitaan dan perjuangan petani cilacap, ditengah angka-angka pertumbuhan ekonomi dan puja-puji yang beliau dengar dari para orang-orang disekitarnya, ternyata begitu banyak penderitaan rakyat yang beliau tidak ketahui. "makna tangisan" Pak SBY ini harus ditindak lanjuti oleh beliau pembangunan Indonesia yang berlandaskan pada keadilan dan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia, bukan hanya bagi segelintir elite ekonomi dan elite politik. Bila ini semua hanya berhenti disini, dan konflik tanah-tanah didaerah tidak kunjung terselesaikan, dari konflik tanah di Jambi, Riau, Sulawesi, dan korban terus berjatuhan, seperti tertembaknya petani Riau, dan menjadi korban pada bulan mei 2010, karena mempertanyakan haknya kepada pihak Perusahaan(PT TBS), yang merasa tertipu, setelah dijanjikan pola bagi hasil atas lahan mereka, petani hanya mendapatkan Rp 50000-150 ribu perhektare. Ditempat lain, dengan luas lahan yang sama dengar umur sawit 10 tahun akan menghasilkan 4 juta /ha.http://www.kpa.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=539&Itemid=36 [caption id="attachment_300512" align="alignnone" width="300" caption="poto KPA"][/caption] Ini salah satu kasus, contoh kecil kerakusan korporasi besar dengan kepandaianya yang membodohi petani didesa atas nama pembangunan, yang dilakukan berdasarkan program refitalisasi industri perkebunan. Kasus-kasus ini menunggu instruksi yang tegas, dan petunjuk yang jelas, tidak hanya sebatas pidato yang hanya menarik simpati. Kita tunggu apakah sisa 4 tahun pemerintahan beliau, ada tindakan nyata dari pemerintah agar rakyat mendapatkan tanah, dan hak-haknya, jika tidak tangisan 20 oktober itu hanyalah "air mata Buaya". Radjiman, adalah sosok petani miskin, pada tahun 1970 an dia menyaksikan tanah-tanah diambil secara halus oleh pemerintah, bukti kepemilikan yang masih girik, dikumpulkan didesa, dan berikutnya tanah itu sudah menjadi milik perusahaan dan dijadikan areal perkebunan. [caption id="attachment_300522" align="alignnone" width="200" caption="poto. sidik suhada"][/caption] Pada waktu itu siapa yang berani menggugat kekuasaan orde baru, adanya cap PKI bagi siapa saja yang berani mengungkit-ungkit soal hal tanah, membuat semua pihak terdiam dan membisu, membiarkan lahan mereka diambil secara halus BUMN yang mengatasnamakan Negara Kemiskinan kadang membuat jiwa yang takut dan tertekan, memunculkan keberanian. Obrolan-obrolan ringan tenang ketidak adilan pada waktu itu tidak terlalu menarik minat warga korban, karena cap PKI akan mereka dapatkan. Radjiman tidak kenal lelah mengajak tetangganya, rekan-rekannya, agar bersatu memperjuangkan hak mereka, perlahan tapi pasti, perjuangan ini mempunyai dua pengikut. Ditengah kesibukan mereka mencari napkah, mereka tetap mencari saluran, celah hukum, dari lobi sampai aksi, militansi mereka membuat pengikut Radjiman bertambah, dan jadikalah kelompok ini bernama Ketan Banci. Tuhan rupanya kembali mencoba Radjiman, dengan meninggalnya istri tercinta, cobaan ini menjadi cibiran bagi sebagian orang, bahwa perjuangan ini bentuk keputusaaan dari tragedi kehidupannya. AKsi-aksi terus berjalan dan mencapai puncaknya pada tahun 1999, terjadi bentrokan besar antara petani dan pihak perkebunan yang didukung aparat, pristiwa banyak memakan korban, dan Radjiman dan 25 pengikutnya harus berisitirahat di penjara selama lebih dari 8 bulan.http://sidiksuhada.blogspot.com/2010/10/rajiman-berjuang-saat-situasi-masih.html Pelan tapi pasti perjuangan itu membuahkan hasil, mereka sudah mulai mendapatkan tanahnya, walau belum seluruhnya. Kekerasan hati Radjiman ini membuat banyak pihak membantu perjuangan rakyat Cilacap, bermunculan banyak LSM, membuat perjuangan ini lebih efektif dan terkoordinasi, salah satunya adalah sertipikat yang dibagikan oleh oleh BPN untuk rakyat Cilacap desa cipari, pada hari peringatan Agraria. Perjuangan belum usai, karena setelah rakyat mendaptkan tanahnya, mereka harus terus didampingi agar mereka berdaya secara ekonomi, jangan karena sempitnya lahan, para petani itu kembali harus menjual tanahnya, kepada korporasi besar. Saat ini Radjiman tersenyum, barangkali dihati kecil beliau, semoga, jutaan petani Indonesia yang saat ini masih terpingirkan, tertindas, mendapatkan haknya, tanpa perlu harus masuk penjara dulu atau menelan korban jiwa. JIka tidak barangkali Radjiman perlu mengingkat SBY tentang makna air matanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H