Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Sebagai Bagian dari Semarak Merdeka Belajar dan Sarana Gen Z Dalam Memproyeksikan Jati diri Serta Menambah Relasi dan juga Wawasan Mahasiswa Indonesia
Sebagai alumni dari Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) oleh Kemendikbud Batch 2 Inbound Universitas Sumatra Utara, banyak sekali manfaat dan pengalaman serta terciptanya relasi yang baru yang telah penulis dapat dari program tersebut.
Sebelum penulis ceritakan lebih lanjut mengenai pengalaman penulis mengikuti program tersebut, alangkah baiknya kita mengenal terlebih dahulu secara singkat apa itu Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) oleh MBKM.
Menurut laman resmi pusat informasi Kampus Merdeka Kemendikbud, Program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) merupakan sebuah program mobilitas mahasiswa selama 1 semester untuk mendapatkan pengalaman belajar di perguruan tinggi di Indonesia, sekaligus memperkuat persatuan dan keberagaman.
Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan wawasan kebangsaan, kemudian Mengembangkan perjumpaan dan dialog intensif dalam keberagaman dan sikap saling memahami sehingga tercipta penguatan persatuan serta Memperluas dan/atau memperdalam pengetahuan akademis mahasiswa.
Syarat syarat daftar program tersebut yang ditentukan oleh panitia pelaksanaan program tersebut terbilang cukup mudah karna tidak memerlukan tes bahasa Inggris atau menunjukkan sertifikat kemampuan bahasa Inggris, sehingga membuka kesempatan bagi mahasiswa yang ingin mengikuti program tersebut.
Sebagai alumni PMM 2 Inbound Universitas Sumatra Utara (USU) Kota Medan, banyak sekali pengalaman, pengetahuan hingga wawasan kebangsaan dan juga kebhinekaan yang telah saya dapat melalui program tersebut, seperti mengenal budaya serta teman teman baru begitu pula bertemu dengan dosen dosen baru, lingkungan serta keadaan baru.
Yang mana hal hal tersebut berbeda dari kampus asal penulis yang berlokasi di Jawa Timur Kabupaten Ponorogo yaitu Universitas Darussalam Gontor, yang notabenenya merupakan kampus yang berbasis pesantren.
Pada bulan pertama menjajaki kota Medan, kota yang penuh dengan budaya, ragam dan ras. Disana penulis merasakan apa itu toleransi karena banyaknya suku yang berada di kota Medan.
Hebatnya, hal tersebut dapat dibuktikan dengan tidak adanya konflik antar suku yang terjadi di wilayah tersebut ketika penulis menjalankan program tersebut. Masyarakat yang ramah dan supel menjadi poin plus untuk menjadi bagian dari program yang sangat berkesan tersebut, sehingga membuat penulis segan dan ingin membuat relasi yang luas serta mengetahui lebih banyak kebudayaan di Kota tersebut.
Program PMM tidak hanya berfokus pada perkuliahan saja, tetapi berfokus juga kepada kegiatan kebhinekaan yang bertujuan untuk menambah wawasan kebangsaan bagi para awardee.