Salah satu masalah gigi yang paling sering terjadi adalah gigi berlubang atau karies dalam istilah kedokterannya. Gigi berlubang merupakan alasan utama hilangnya gigi pada usia muda. Keluhan sakit gigi akibat gigi berlubang berdampak terhadap menurunnya produktivitas kerja penderitanya. Gigi berlubang sering dianggap sepele, namun akibat yang di timbulkannya dapat mengganggu akitivitas sehari-hari seperti rasa sakit, bau mulut dan gusi bengkak serta bila infeksinya meluas dapat berakibat fatal.
Gigi berlubang mempunyai akibat yang fatal jika tidak kita obati atau ditambal, karena akan mengakibatkan infeksi gigi menjadi meluas (abses) dan menjadi sarana masuknya kuman penyakit yang dapat menyebabkan infeksi pada paru-paru, jantung dan otak yang dapat menyebabkan kematian.
Willoughby Miller seorang dokter gigi Amerika menemukan penyebab karies disebabkan oleh bakteri dan gula. Bakteri akan mengubah gula dari sisa makanan menjadi asam yang menyebabkan lingkungan gigi menjadi asam dan kondisi asam inilah yang membuat lubang kecil pada email gigi. Saat lubang terjadi pada email gigi, belum merasakan sakit atau nyeri. Tetapi, lubang kecil pada email selanjutnya dapat menjadi celah sisa makanan dan adanya bakteri akan membuat lubang semakin besar dan melubangi dentin. Pada saat itulah akan terasa linu pada gigi saat makan. Bila dibiarkan, lubang akan sampai pada pulpa gigi sehingga mulai merasakan nyeri atau sakit gigi. Bila proses ini berlanjut akan terjadi matinya sel saraf sehingga rasa sakitnya hilang. Pada tahap ini, biasanya orang sering mengabaikan, padahal ketika sel saraf mati, proses kerusakan di dalam gigi terus berjalan sampai ke tulang penyanggah gigi. Proses ini akan berlangsung sampai gigi menjadi habis dan hanya tersisa akar gigi.
Gigi berlubang yang tidak segera ditangani dapat memicu penyakit kronis pada jantung seperti infeksi katup jantung, demikian menurut Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia, Dr. drg. Zaura Rini Anggraeni, MDS.
Pada gigi berlubang terdapat bakteri Streptococcus.” Bakteri ini muncul karena kondisi gigi yang kotor, tidak disikat dengan bersih dan dirawat dengan baik,” jelas Rini pada acara media edukasi tentang kesehatan gigi di Jakarta.
Streptococcus menggerogoti email gigi yang akhirnya menyebabkan gigi berlubang dan menimbulkan infeksi pada daerah mulut dan gigi.
“Kuman ini bermula dari infeksi gigi dan akan terbawa oleh pembuluh darah, sehingga penyebarannya sangat mudah.Saat terbawa di dalam pembuluh darah, kuman ini akan sangat mudah bercokol di jantung, terutama bila kondisi tubuh sedang dalam keadaan yang lemah.” Tambahnya.
Karena mengikuti aliran pembuluh darah, Streptococcus tidak hanya akan menyerang jantung tetapi juga ginjal, paru-paru, lambung, bahkan memperparah kondisi gula darah pada penderita diabetes melitus.
Sebagian besar masyarakat belum mengetahui bahaya yang akan timbul akibat gigi berlubang sehingga mereka banyak yang tidak peduli dengan keadaan giginya.
beberapa langkah sederhana yang perlu dilakukan untuk mencegah gigi berlubang diantaranya :
- Jangan makan atau minum yang manis sebelum tidur.
- Berkumur-kumurlah setelah makan agar sisa makanan tidak terus menempel dan mengurangi keadaan asam dalam gigi.
- Membiasakan sikat gigi dengan benar terutama setelah makan, sebelum tidur dan sehabis makan atau minum yang manis.
- Gunakan pasta gigi yang mengandung fluoride.
- Gantilah sikat gigi minimal 3 bulan sekali agar tetap aman pada saat menyikat gigi.
- Membersihkan sisa makanan pada sela-sela gigi dengan menggunakan dental floss minimal sehari sekali.
- Membatasi konsumsi makanan manis dan lengket seperti permen, coklat dan minuman yang memiliki kadar gula sangat tinggi seperti sirup dan soda.
- Hindari penggunaan tusuk gigi karena akan membuat celah antar gigi semakin besar atau bisa juga menyebabkan luka pada bagian gusi.
- Konsumsi makanan yang mengandung kalsium seperti susu.
- Konsumsi vitamin C untuk menjaga kesehatan gusi.
- Konsumsi makan makanan berserat karena akan membuat gigi menjadi lebih kuat dan mencegah terjadinya gigi berlubang.
- Lakukan pemeriksaan ke dokter gigi secara rutin setiap 6 bulan sekali.
Pengawasan dini memungkinkan perbaikan jaringan dengan sesedikit mungkin perawatan invasif. Kondisi yang terlanjur membusuk akan sulit untuk dikembalikan fungsinya seperti sedia kala.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H