Lihat ke Halaman Asli

Belajar dari Tukang Pantun

Diperbarui: 30 Agustus 2024   13:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tukang Pantun itu orang cerdas. Mereka pemikir cepat. Saya dulu pernah lihat acara "Berbalas Pantun" di salah satu stasiun TV nasional. Saya terkagum-kagum. Saya heran dan takjub, koq bisa orang bersilat lidah, bertukar kata, dan mengarang kalimat dalam waktu sedemikian cepat. Belum kelar lawannya mengucapkan sebuah Pantun, mereka sudah siap dengan Pantun balasan, yang keluar secara spontan hanya dalam hitungan detik.

Tukang Pantun itu orang yang bijak dan peka situasi. Simaklah kata-katanya. Meski pendek namun penuh dengan pesan berharga. Tak ada argumentasi berpanjang lebar macam politisi Senayan. Penonton yang hadirpun merasa terhibur.

Saya penasaran. Bagaimana sih orang bisa berpantun. Saya coba ingat-ingat pelajaran waktu SD. Pantun itu terdiri dari 2 bagian, sampiran dan isi. Sampiran itu pengantar atau pembuka pesan. Isi itu inti atau tujuan pesan.

Contoh:
Berakit-rakit ke Hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian

Maksud atau tujuan Pantun ini adalah motivasi, bahwa untuk mencapai tujuan itu perlu pengorbanan. Pantun ini sangat populer. Hampir semua anak SD yang pernah belajar bahasa Indonesia pasti tahu itu.

Seingat saya ada banyak jenis Pantun. Saking banyaknya saya tidak hafal. Akhirnya saya coba-coba bikin sendiri Pantun bebas ala jaman now, dengan pola atau gaya seperti:

Buah salak buah kedondong
Ikutan dong!

Dari Pantun bebas ini baru saya faham, kalau mau buat Pantun yang paling penting itu adalah isi atau tujuan pesan. Sampiran itu fleksibel, bebas, bisa dikarang, tergantung kreativitas.

Pelajaran dari berpantun ini dapat  diaplikasikan dalam berbagai hal. Ketika berpidato atau berceramah misalnya, yang paling utama adalah menetapkan maksud dan tujuan. Kata-kata pembuka itu hanya pemanis, untuk daya tarik, sebelum masuk ke inti pesan. Tanpa jelas maksud dan tujuannya, sebuah pidato atau ceramah hanya akan berpanjang-panjang. Pendengarnya mungkin saja terhibur. Namun mereka tidak mendapatkan manfaat apa-apa, selain hiburan.

Pelajaran dari berpantun ini dapat juga kita terapkan dalam berolahraga. Main pingpong atau badminton misalnya, tujuannya apa. Mau sehat, bahagia, atau mau jadi juara?

Beda tujuan, beda sampiran. Kalau mau jadi juara, pakailah sampiran "Berakit-rakit ke Hulu, berenang-renang ke tepian." Tapi kalau tujuan utamanya sehat, bahagia, cukup pakai sampiran "Buah salak buah kedondong." Dengan demikian menang kalah tidak jadi beban pikiran. Toh tidak ada yang dikorbankan. Paling sedikit "dibully" oleh teman. Itupun dengan maksud hiburan. Aseek kan!?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline