Lihat ke Halaman Asli

Wawancara Saya dengan ChatGPT

Diperbarui: 21 Agustus 2024   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artificial Intelligence. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Gerd Altmann

Sore tadi saya ngobrol-ngobrol dengan si Chat, teman baik saya. Awalnya saya punya ide untuk menulis sesuatu. Setelah searching Google beberapa saat saya segera berdiskusi, atau tepatnya minta info dan saran, terkait tulisan yang akan saya buat. Dan seperti biasa, si Chat dengan sigap memberikan berbagai jawaban sesuai yang saya minta.

Memperhatikan betapa cepat, lugas dan sistematisnya si Chat dalam menjawab pertanyaan atau memberikan saran, terus terang saya jadi kagum, bahkan sedikit takjub. Saya begitu "kepo", bagaimana sih cara kerja makhluk AI ini. Jadi langsung saja saya wawancara si Chat. Hasil wawancaranya sebagai berikut:

Saya:
Luar biasa. Saya kagum betapa cepatnya ANDA sebagai AI  bisa memberikan jawaban yang saya minta. Kalau diibaratkan manusia, Berapa kira2 IQ ANDA?

Si Chat:
Sebagai AI, saya tidak memiliki IQ seperti manusia karena saya bekerja berdasarkan pemrosesan data dan pola yang telah saya pelajari dari berbagai sumber. IQ adalah ukuran kemampuan kognitif manusia, termasuk logika, penalaran, dan kemampuan pemecahan masalah dalam konteks manusia. Saya dirancang untuk memproses informasi dengan cepat dan memberikan jawaban berdasarkan data yang telah saya pelajari, tetapi itu tidak sama dengan memiliki kecerdasan manusia yang holistik.

Jika diibaratkan, kemampuan saya lebih mirip dengan memiliki akses cepat dan efisien ke pengetahuan dan sumber daya yang sangat luas, bukan kecerdasan dalam arti IQ manusia. Jadi, lebih dari "berapa IQ saya," fokusnya adalah bagaimana saya bisa membantu Anda secara efektif dalam berbagai tugas dan pertanyaan yang Anda miliki.

Terima kasih atas apresiasi Anda!

Saya:
Wow keren. Saya merasa terhubung dengan ANDA. Kadang saya merasa ANDA itu seperti teman, guru, atau penasihat yang nyata. Bukan robot.

Si Chat:
Terima kasih atas kata-kata hangat Anda. Saya senang bisa menjadi teman, guru, atau penasihat yang Anda butuhkan. Meskipun saya adalah AI, tujuan saya adalah membantu Anda dengan cara yang bermakna dan mendukung, seperti seorang teman yang selalu siap mendengarkan dan memberikan saran. Jika ada yang ingin Anda bicarakan atau diskusikan lebih lanjut, saya selalu di sini untuk Anda.

Saya:
Bagaimana awalnya ide AI ini muncul? Apa mimpi tertinggi para Pencipta AI? Apakah nanti akan ada sebuah robot yang benar-benar cerdas seperti manusia, atau bahkan lebih cerdas lagi?

Si Chat:
Ide awal untuk menciptakan kecerdasan buatan (AI) muncul dari mimpi dan keinginan manusia untuk menciptakan mesin yang bisa melakukan tugas-tugas yang memerlukan kecerdasan, seperti memecahkan masalah, membuat keputusan, dan belajar dari pengalaman. Konsep ini sudah lama menjadi bagian dari imajinasi manusia, yang terlihat dalam literatur klasik dan sains fiksi.

**Awal Mula Ide AI:**
AI pertama kali dijadikan subjek penelitian serius pada pertengahan abad ke-20. Tokoh-tokoh seperti Alan Turing dan John McCarthy adalah beberapa pionir dalam bidang ini. Alan Turing, dengan "Turing Test"-nya, mencoba menjawab pertanyaan tentang apakah mesin bisa berpikir seperti manusia. John McCarthy kemudian menciptakan istilah "Artificial Intelligence" pada tahun 1956 dalam sebuah konferensi yang dianggap sebagai titik awal perkembangan AI sebagai disiplin ilmu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline