Lihat ke Halaman Asli

Pergilah, El...

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

*tulisan ini adalah sepenggal wujud terima kasihku pada sahabat heartfocus di katahati institute*

[caption id="attachment_293853" align="alignnone" width="212" caption="-pinjam dari google-"][/caption] El, Maafkan aku, karena baru saat ini, aku sampai pada keSADARanku, pada peRASAan terdalamku padamu. Bertahun-tahun, aku tak mau mengakui tempatmu yang sekarang, tak mau mengakui ketiadaanmu. Lalu ku cari reinkarnasi dirimu, hanya untuk memuaskan asaku padamu. Aku menipu diri. Ku temukan reinkarnasi dirimu di sini, di kota ini. Semua rinduku, cintaku, sayangku, kasihku dan semua rasaku, tumplek ku curahkan pada sang reinkarnasi. Dan... Dengannya, aku semakin jatuh tak terkendali, tercekik, terlempar dalam pusaran rasa yang ku kira nyata. Aku jatuh ke lembah kenikmatan sesaat. Tercekik oleh rasa memiliki yang teramat kuat. Terlempar ke ruang hampa tak bertepi . Ruang hampa yang bahkan tanpa rasa. Terpelanting dalam ribuan kebimbangan tanpa jawab. Berputar-putar dalam melodrama tak berkesudahan. Terjerembab ke dalam fatamorgana yang penuh kepura-puraan. Mahalnya harga sebuah kepalsuan. Dan aku lelah. Lelah dengan semua kebohongan ini. Lelah dengan semua sandiwara ini. Dan, kau tahu, El? Dalam kelelahanku, sosokmu tertanam dalam diriku. El, Aku baru bertemu dengan orang-orang yang telah mampu melihat dan berpikir dengan RASA. Orang-orang yang telah membuatku terSADAR. Dan aku RELAkan MELEPASmu. Mungkin kau ingin tahu, bagaimana RASAku, El....? Aku RASAkan keperihan mendasar, aku RASAkan. Aku nikmati perih itu, aku AKUI bahwa perih itu ada. Aku hisap semua RASA itu hingga memenuhi jantung hatiku, seolah dadaku hendak meledak karenanya. Lalu, aku BEBASkan RASA itu, memuai bersama nafas, mengalun bersama syair DAMAI. Pergilah El... Pergilah bersama sentuhan nadiku yang mengalir dalam kepasrahan jiwa. Cukuplah ku rawat sebagian dirimu yang kini bertumbuh. Dia akan menjagaku. Hingga kita akan bertemu di satu tempat dimana cinta tak lagi di pertanyakan, tak lagi di ukir, tak lagi di cari. Tempat dimana kekosongan adalah kesempurnaan, cukup adalah cukup, cinta adalah cinta. Tempat dimana tak ada jalan untuk ikhlas, karena ikhlas itu sendiri adalah satu-satunya jalan. Jalan yang ku pilih, Untukmu, El...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline