Lihat ke Halaman Asli

Satu Hati yang Kontradiksi

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tiap kali engkau berbicara, selalu terdengar sumbang dan bercampur nada curiga.
Aku tahu dan merasakan kemana arah katamu, jadi jangan kau kira hatiku buta.
Setelah sekian lama kita berkenalan, masih tidak tahukah engkau akan jiwaku?
Sekali aku berkata cukuplah bagiku, dan tidak akan ku ulangi lagi.
Jadi apa yang kau pertanyakan?

Kau menuntut terlalu banyak

Itu karena kau memberiku terlalu sedikit.

Inikah yang kau sebut sahabat?

Tahu apa kau tentang arti kata ‘sahabat’.
Seorang sahabat akan ada manakala sahabatnya membutuhkan. Nah dimana kau saat aku membutuhkanmu?. Berapa banyak janji yang kau ingkari?. Berapa banyak kekecewaan yang kau ciptakan?. Berapa banyak kau gantung aku dalam ketidakpastian?.

Jadi apa yang kau harapkan dari aku?

Kau pikir aku masih berani berharap sesuatu padamu, setelah apa yang selama ini kau lakukan padaku?

Apakah kita tidak bisa berdamai?

Bisa. Hanya jika engkau mampu memahamiku. Sebagaimana aku berusaha memahamimu. Begitu banyak toleransi yang ku berikan padamu. Aku berusaha selalu ada manakala kau membutuhkanku. Dan aku akan diam menunggumu di sudut hari, menyingkir sesaat dari kehidupanmu, manakala engkau tak butuh aku atau engkau asyik dengan temanmu yang lain. Ku beri engkau ruang dan waktu yang cukup, karena aku tak mau mengikatmu.

Maafkan aku, karena aku bukan sahabat yang baik.

Sekarang pergilah. Datanglah manakala engkau telah mengerti apa yang ku sampaikan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline