Layanan media sosial, tidak mengenal batasan umur seseorang. Siapa saja, bisa memanfaatkannya. Mulai dari anak-anak hingga orang tua sekalipun. Penggunaan media sosial, secara tidak langsung mengubah cara masyarakat modern dalam berkomunikasi.
Mendorong mereka lebih aktif dan konsumtif dalam memanfaatkan berbagai layanan media sosial. Memang bermanfaat, terutama digunakan oleh seseorang yang ingin berkomunikasi dengan orang lain tapi terkendala jarak. Dengan kecepatan inilah, tak jarang masyarakat sedikit 'khilaf' dalam penggunaanya.
Jika media sosial dapat membuat penggunanya kecanduan, maka hal inilah yang dapat membahayakan hingga menimbulkan dampak negatif. Misalnya saja, terlalu lama asyik dengan media sosial berpotensi menularkan sifat nyinyir dan pamer.
Hal ini pun tak dapat dipungkiri lagi. Karena media sosial telah menjadi kebutuhan tersendiri yang tidak dapat dielakkan di era modernisasi seperti ini. Penggunaan layanan media sosial seperti Instagram, Facebook, Twitter dan lain sebagainnya, menjadi godaan tersendiri di bulan Ramadan.
Contohnya, terlalu sering menggunakan medos sosial saat menjalani ibadah puasa dapat menimbulkan kebiasaan buruk seperti riya atau keinginan dipuji setelah atau sebelum melakukan ibadah. Hal seperti ini yang ditakutkan dapat mengurangi amal ibadah saat Ramadan.
Jika kita sedikit lari ke belakang, zaman dimana masih menggunakan handphone poliponik dan belum marak layanan media sosial yang menjamur, banyak orang masih adem ayem dalam memanfaatkan teknologi. Namun, saat layanan media sosial mulai masuk pada tahun 1997 dan terus berkembang dan berevolusi seperti sekarang, seakan-akan para penggunanya mulai 'menggila'.
Yang artinya, mereka dengan gampang meluapkan kekesalan atau kebahagiaan di media sosial tanpa bisa mengontrol dan mengerti batasannya. Jika status yang kita buat tanpa sengaja membuat seseorang baper atau tersinggung, maka dengan gampang mereka melaporkan ke pihak kepolisian atas UU ITE. Maka urusan akan selesai!!
Sebenarnya, menahan diri dari godaan media sosial tidak hanya dilakukan di bulan Ramadan saja. Akan tetapi, alangkah baiknya kita sebagai pengguna bisa lebih bijak dalam memanfaatkan media sosial. Sehingga tidak mudah terpancing dan terprovokasi yang berdampak pada diri sendiri dan merugikan orang lain.
Saring sebelum sharing, mungkin kata itu lebih tepat untuk mewakili kita supaya tidak mudah tergoda dengan media sosial yang semakin liar. Sebenarnya, bukan tidak boleh kita berinteraksi di media sosial saat Ramadan, hanya saja tetap bijak dan pintar dalam mengelola layanan media sosial supaya tidak merugi. Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H