Liga Champion resmi selesai dengan Liverpool sebagai juaranya, bukan hanya publik Inggris, tapi juga publik Indonesia yang tiba-tiba menjadi sangat #YNWA sekali. Apalagi kalo bukan karena Mohammed Salah yang notabenenya adalah muslim menjadi ikon baru akhi dan ukhti Republik ini.
Sesaat, hegemoni Liverpool melupakan kita terhadap perbedaan umat yang semakin nyata di Indonesia, disparitas antara cebong dan kampret, dispartias agama dan sosial. Tapi ingat hanya sementara, karena sehari setelahnya publik pun kembali ramai, termasuk gugatan BPN terhadap hasil Pemilu ke MK. Dan tentunya, kerusuhan 22 Mei 2019 yang dianggap "gagal".
Banyak skenario bertebaran, termasuk dari idola baru kita, majalah Tempo. Tempo memuat judul dan isi isu politik yang bombastis. Tempo mengungkit "kutil" lama bangsa ini. "Kutil" yang muncul 20 tahun lalu seolah kembali dihidupkan. "Kutil" yang bernama "Tim Mawar".
Tempo mengupas siapa dalang di balik peristiwa 22 Mei 2019. Tim Mawar di bawa-bawa, di telanjangi, kesandung sana, kesandung sini. Sebetulnya Tempo seperti ingin berkata Sarkas "Kalo Tempo saja punya informasi sepenting ini, apalagi BIN, apalagi Polisi, apalagi TNI". Gitu.
Lebih jauh lagi, Tempo seolah ingin mengatakan bahwa kerusuhan 22 Mei adalah gerakan kerusuhan yang terbaca utuh sejak lama.
"Lo tuh basi", gitu kira-kira, nyelekit sih emang, tapi ya mau gimana.
Memang seperti pernah saya tulis, bahwa Jokowi dan Tim bergerak seperti hantu. Mencekik leher dengan kapas.
Di sinilah kita perlu mengupas sedikit faktor-faktor yang membuat Jokowi tetap bisa ber-sneakers ria ke Mall bersama idola cilik baru, Jan Ethes. Naik andong bahkan cengkrama bersama seluruh keluarga di Mata Najwa. Itu karena Jokowi sudah mengerjakan PR nya jauh-jauh hari.
Apa saja sih PR Jokowi yang sudah diselesaikan?
Mengangkat Budi Gunawan
Kalau ada sosok pejabat kepolisian yang sifatnya mirip Rangga AADC, itulah Jenderal Pol (Purn) Budi Gunawan alias BG. Sebelum dilantik oleh Presiden Jokowi sebagai Kepala BIN, BG sempat menghebohkan berita tanah air di tahun 2015 karena menjadi calon tunggal Kapolri sedangkan BG justru di tetapkan menjadi tersangka kasus rekening gendut Polri oleh KPK tiga hari setelah penetapan dirinya menjadi calon tunggal.
Anehnya, publik tidak protes dan adem ayem ketika BG dilantik menjadi Kepala BIN. Seperti sudah takdirnya. Menjadi telik sandi adalah pencapaian tertinggi seorang Budi Gunawan yang berkumis ini.