Kita minggu lalu dikejutkan oleh survey litbang Kompas karena persentase Capres 01 Jokowi - Ma'ruf Amin di bawah 50%, tepatnya 49,2%. Pasangan Capres 02 sebesar 37,4% dan sisanya, 13,4% dianggap undecided voters.
Saya sudah menjabarkan cara membaca sebenarnya dari sebuah lembaga survey, dimana jika di konversi menjadi 100%, maka angka paslon 01 menjadi 56,8% dan paslon 02 ada di 43,2%. Sila membaca tulisan saya sebelumnya.
Kenapa di dalam perhitungan angka di atas, saya nol-kan angka undecided voters? Mudah, karena undecided voters saya anggap sebagai pasukan golput. Bagaimana tidak, angka golput pada pilpres 2014 sebesar 29%. Menurut Kompas, undecided voters sebanyak 13,4%. Hampir mustahil di dalam sebuah Pemilu tidak ada angka golput, paling tidak ada di kisaran 10%.
Jadi secara matematis, suara Jokowi masih diatas Prabowo.
Lantas siapakah Undecided Voters itu?
Sama seperti arti di dalam bahasa Indonesia, Undecided Voters artinya orang yang belum menentukan pilihan. Mereka terbagi dua: Pertama adalah pasukan galau politik dan kedua pasukan cuek politik.
Pasukan galau politik berusia rata-rata 36 tahun, tingkat pendidikan rendah (rata-rata lulus SMA) dan mayoritas bekerja sebagai karyawan dengan fokus pekerjaan jasa (penjaga mart, supir dan office boy). Kok saya bisa tahu?
Itulah kekuatan survey pribadi, bebas. Yang saya survey (baca: ajak ngobrol) dari semua golongan level pekerjaan, dari bos sampai office boy, dari supir hingga penjaga Alpamaret. Dari semua itu, yang masih bingung alias galau adalah rentang yang saya sebutkan tadi.
Kenapa mereka galau? Rata-rata mereka tidak berminat dengan politik, mereka fokus kepada pekerjaan mereka saja.
Lantas saya bertanya, "Memang kalian gak pengen berubah nasib tho mas/mbak?"
"Ya pengen, lha kemana saya harus milih?" Tanya mereka.