Lihat ke Halaman Asli

Ryo Kusumo

TERVERIFIKASI

Profil Saya

Quo Vadis, Fahri Hamzah, ke Mana Akan Berlabuh?

Diperbarui: 22 Januari 2019   19:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: http:www.detiknews.com

Seorang tukang bakso pernah berkata "Kalau benci janganlah terlalu benci, nanti jadi cinta lho.."

Dia mengucap itu kepada seorang wanita SMA yang membenci pemuda gondrong yang lebih sering bolos dan selalu dipanggil polisi akibat tawuran ketimbang belajar di kelas. "Cowok brandal" katanya dulu.

18 tahun kemudian, pemuda tersebut tumbuh tampan, pengusaha start-up dan kini menjadi suaminya. 

Itupula kenapa kalimat tukang bakso itu menjadi begitu penting jika melihat langkah Fahri Hamzah belakangan ini.

Fahri terlihat kikuk ketika ditodong pertanyaan mengenai adanya gerombolan orang berkaos Jokowi-Ma'aruf 01 di sebuah acara GARBI. Ormas anyar besutan Anis Matta, rekan politik Fahri.

Fahri pun sekonyong-konyong menolak pernyataan itu, awalnya itu hoax, lalu ditambahkan bahwa ada penyusup. Tapi foto (yang dianggap hoax) tidak tampak seperti hoax atau tempelan. Jika itu betul penyusup, kok gak langsung diusir oleh panitia, malah enjoy ada disana. Piye?

Oya, sebelum lanjut, kita bahas dulu. Siapa sih GARBI itu?

GARBI adalah singkatan dari Gerakan Arah Baru Indonesia, didirikan oleh pentolan sekaligus ex-Presiden PKS, Anis Matta. GARBI muncul sebagai wahana "sayap" PKS. Bahasa politisnya: korban "konflik internal".

Latar belakang didirikan GARBI muncul dari Anis Matta sendiri, yang saat Agustus 2015 menginisiasi gerakan pembaharuan PKS dengan terlibat mengganti Ketua Majelis Syuro, Hilmi Aminuddin ke Salim Segaf Al-Jufri. Pergantian elit ini memang berhasil namun membuat nama Anis Matta yang saat itu menjadi Sekjen lantas menjadi incaran elit, utamanya elit tua.

Di PKS sudah bukan rahasia umum lagi jika terbagi dua faksi. Yaitu, faksi "Adil" dan faksi "Sejahtera". Faksi "Adil" diisi oleh para tokoh tua senior aliran konservatif, mereka adalah Hilmi Aminuddin, Salim Segaf Al-Jufri, Tifatul S, Sohibul Imam dan Suripto (ex-BIN) dll. Sedangkan faksi "Sejahtera" diisi tim yang lebih muda, terbuka dan lebih modern, diantaranya Anis Matta, Fahri Hamzah, Mahfud Siddiq, dll, termasuk para legislatif daerah.

Menurut Maffudz Siddiq, Anis Matta memiliki ideologi berbeda dengan faksi "adil", diantaranya mengenai sistem pengelolaan sumber daya. Anis Matta berpandangan bahwa pengelolaan sumber daya harus terbuka dan transparan, sedangkan Hilmi sebaliknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline