Lihat ke Halaman Asli

Ryo Kusumo

TERVERIFIKASI

Profil Saya

Selamatkan Ahmad Dhani, Selamatkan Musik Indonesia

Diperbarui: 31 Agustus 2016   20:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

http://cdn-media.viva.id

Menyoal musik ini kok rasanya tidak pernah habis, sebuah pembicaraan yang sepanjang zaman meskipun saya pun hanya mengerti musik yang nyantol di telinga saja, itupun dengan batasan 'harus ada distorsinya', bukan lagak rocker, tapi kok kurang pas kalau penggemar kopi tapi sukanya lagu mimbik mimbik.

Tidak usah bicara musik luar negeri dimana Kangmas Justin Bieber bisa menjadi dewa hanya dengan bermodal kutang dan topi miring. Tapi di dalam negeri sendiri ini lho, musik sudah seperti jiwa, bagian dari kehidupan, baik duniawi yang diwakili oleh mbak Raisa dan surgawi yang diwakili oleh Kang Opik dan kelompok Nasyid. Yah, meskipun semarak, tapi masih ada yang mengganjal. Ini lho..

Gini..Bisa dibilang generasi kami (kelahiran 80an) adalah generasi musik 90an, dan entah kenapa musik yang nyantol di telinga ini seperti tidak mau beranjak dari tahun-tahun itu. Musik 90an itu seperti punya roh, lengkingan gitar khasnya selalu berhasil menghidupkan warung kopi sebelum di reshufle oleh musik dangdut.

Di Indonesia ada beberapa nama yang sangat fenomenal dan melegenda lahir di era itu; Iwan Fals, Dewa 19, Slank, Gigi, Potret dengan Melly Goeslaw, Sheila on 7 dan banyak lagi. Tetapi, musik itu bukan cuma di dengar, tapi juga dirasa. Nah itulah bedanya dengan musik sekarang. Bukannya merendahkan, tapi secara 'rasa', musik 90an lebih potensial untuk dimasukkan dalam kategori everlasting. Musik mereka tak lekang zaman.

Nah, sayangnya itulah yang hilang dari musik kekinian, rasa everlasting nya itu lho..nyelip entah dimana. Kita ingat betul bagaimana dulu naik gunung Semeru dikawani lagu Mahameru-nya Dewa 19 sambil ngeteh di Ranu Kumbolo, atau lagu wajib perpisahan sekolah, berpelukan sambil nyanyi 'Terlalu Manis'nya Slank, atau ketika demonstrasi mahasiswa lalu ramai-ramai berteriak 'Bongkar!' nya kang Iwan.

Dan sampai saat ini, lagu-lagu itu itu juga yang kembali di nyanyikan, tidak ada yang baru. Musik Indonesia kehilangan sentuhannya, sentuhan everlasting. Musik ramai tapi hanya 'numpang gelar tikar'. Inikan bahaya.

Nah mari coba kita hitung musisi-musisi tadi yang masih eksis, praktis cuma ada empat nama yang masih 'potensial' untuk kembali menciptakan sentuhan everlasting tadi.

Pertama, kang Iwan Fals, di umur yang tidak muda lagi, Kang Iwan secara konsep seperti agak kemunduran setelah di tuding 'kok sekarang pro pemerintah?', semangatnya mengendur terlebih agak overdosis di iklan kopi. Kedua, Slank, nah yang ini seperti megaband Metallica yang manggung dengan 'itu lagi..itu lagi..' belum bisa move on dari 'Mawar Merah' dkk. Kondisi ini sama dengan Gigi dan Sheila on 7.

Ketiga, Melly Goeslaw. Ini musisi hebat, hampir semua lagu yang diciptakan jadi hits total. Termasuk soundtrack AADC ke-1 yang sukses membuat abege termehek-mehek. Tapi setelah itu, praktis mbak Melly lebih sering di labeli dengan spesialis soundtrack.

Nah, terakhir ini yang paling fenomenal, Dewa 19. Ahmad Dhani selaku aktor intelektual dibalik Dewa 19, dahulu hampir selalu menciptakan musik non soundtrack dengan kualitas artsy yang everlasting. Coba sebut lagunya yang paling anda ingat..apa coba? Pasti banyak.

Contoh nih ya, lagu 'Cintakan Membawamu Kembali', denting pianonya sampai saat ini masih relevan dengan suara unyu sang kekasih, masih kompatibel dengan status LDR-an dan selalu cocok dengan suara gerimis, apa tidak kurang syahdu? AD, seperti sukses menghipnotis seluruh anak muda Indonesia untuk berteriak lantang: 'Ayo pacaran, bapak ibu jangan larang kami lagi!'

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline