Banyak cara untuk mendukung calon gubernur, banyak cara untuk berkampanye positif, banyak cara untuk tidak membuat huru-hara politik, banyak cara untuk berkampanye dengan keunggulan bukan dengan menjatuhkan, dan banyak cara untuk menunjukkan hasil daripada berkoar dengan nihil.
Penulis saat ini lagi sadar, tidak dalam kondisi "high" akibat berkaleng-kaleng bir. Sehingga bisa berpikir bahwa dari banyaknya cara berkampanye dengan positif salah satunya adalah penunjukan hasil kinerja. Terutama ketika penulis pulang kampung setelah berkelana dari negeri Unta, pulang kampung ke Jakarta yang masih setia dengan bobroknya itu, rasanya seperti minum air oksigen yang di taruh di dalam kulkas seharian. Sueegeeerr..meskipun bobrok, tapi ngangeni, ada manis manisnya gitu.
Ada quote apik dari unknown "Jagalah kebersihan dari ujung kukumu" yang berarti, perhatikan apa yang ada didekatmu dahulu. Dari situ penulis cukup surprise dengan apa yang terjadi di sekitar tempat tinggal, daerah Kalimalang, Jakarta Timur. Suprise tentu karena Jakarta tambah macet, tapi lebih surprise lagi karena jalan Tol Becakayu (Bekasi-Cawang-Kmp Melayu) yang mangkrang gak jelas selama 17 tahun akhirnya berjalan kembali.
"Wihh..Jalan tolnya sudah nyambung ma" Ujar penulis norak ke istri, ketika melalui sepanjang jalan Kalimalang.
Aktifitas buruh konstruksi dan alat berat menggeliat tregginas. Terus terang, melihat ini ada kelegaan hati, lha bagaimana tidak, tol Becakayu sudah mangkrak sejak zaman Presiden Habibie akibat krisis moneter, jadi ketika penulis melihat tol ini sudah nyambung hingga ke Pondok Kelapa, rasanya...wih.. plong! Maklum, kemacetan Bekasi ke Kalimalang hingga Cawang sudah seperti neraka darat rasanya.
Tidak dipungkiri, inilah salah satu kinerja Presiden Jokowi yang dirintis ketika menjadi Gubernur DKI, Tol Becakayu di jalankan kembali pada Oktober 2014, fungsinya jelas, ingin mengurai kemacetan tol Bekasi-Jakarta yang naudzubillah sangat nganu sekali. Memang betul-betul "nganu" sekali, keluar rumah jam 5 pagi sudah dapat bonus parkir gratis di tolnya. Seorang kawan sampai menangis dan menulis di status "jadi gua harus bangun jam berapaaa???", kasihan kan.
Masak jawaban kita selalu "sudah, pindahlah dari planet Bekasi, naik jet", itu terus, kan ya tidak, bisa-bisa kami di tuntut oleh bapak walikota Bekasi. Jadi tol Becakayu ini memang solusi yang solutif. Ada tujuan humanis, agar warga Bekasi tidak lagi di bully.
Ada rencana yang menurut penulis cukup matang disini, sebelum pondasi penyangga jalan tol di dirikan, dinas pekerjaan umum (PU) sudah lebih dahulu memperlebar jalan sisi pertokoan sehingga ketika arus jalan dialihkan atau dibelokkan, masih ada space yang bisa dipakai kendaraan, sehingga kemacetan tidak terhenti (bottleneck). Memang beberapa menyebabkan pedagang pindah dan beberapa urus pembebasan lahan, tapi ya so what? Demi jakarta yang lebih kece, gitu kan?
Pak Ahok, sebagai Gubernur petahana pelanjut Pak Jokowi memiliki konsep yang sama dengan pendahulunya, ciptakan solusi, buat Jakarta lebih kece, jangan pah-poh pah-poh cengir sana cengir sini supaya dipuji, tidak. Kalau memang konsekuensinya di bully yausudah, yang penting konsep berjalan. "Pak Jokowi punya konsep, kalau itu kece saya siap lanjutkan" Mungkin itu kata-kata Ahok dalam hati.
Penulis gak perlu jauh-jauh motret kali Ciliwung yang sekarang sudah tidak bisa lagi jadi spot fotografer mencari foto kumuh, atau berpanas-panas ke ujung Pluit demi lihat reklamasi, walaaah...kita mah cukup di daerah selemparan batu saja, untuk merasakan apa yang bisa dirasakan sebagai warga Jakarta. Tol Becakayu adalah tol dari Bekasi menuju Jakarta, jadi perizinan, pembebasan lahan, bla..bla.. pasti ada sangkut pautnya dengan Pemda, baik Bekasi dan terutama Jakarta.
Pasti ada yang nyinyir soal kerja Tol Becakayu, "Ah, Ahok cuma meneruskan aja, Ahok gak ngurus apa-apa, itu bukan dari hasil Ahok-Jokowi tapi...". Ya sudahlah, yang penting penulis sudah "merasakan" apa PERBEDAAN yang nyata. Sudah bisa membandingkan, mana pemerintah yang bekerja dan mana yang cuma pah-poh-pah-poh ndelongop*.