[caption caption="Foto by: Ading Attamimi. https://500px.com/photo/22900195/monas-sunrise-by-ading-attamimi"][/caption]Kira-kira setahun yang lalu, pagi-pagi sekali penulis ditelepon oleh seorang teman kuliah yang saat ini sukses dalam bidang kuliner a.k.a rumah makan Padang. Masih jam empat pagi kayaknya dulu.
"Hei bangun lah bro, mau nawarin nih buat iseng-iseng"
"Nawarin apa lo pagi buta begini, jangan aneh-aneh"
"Serius, lo suka foto kan? Nah kebetulan minggu depan gue mau buka cabang rumah makan padang di Thailand nih, lo foto ya"
Amboi kawan, buka cabang rumah makan di luar negeri! Tapi, lagi-lagi ini soal mimpi.
"Ini mimpi gue, gue gak tinggal di Thailand lalu buka restoran disana, gue buka cabang!"
Penulis justru kurang tertarik pada tawaran memotretnya, tapi jauh lebih tertarik kepada lika-likunya dan informasi yang dia dapat sehingga bisa masuk ke pasar luar negeri. Hingga akhirnya siang itu penulis sempatkan menuju kantornya untuk bertemu langsung. Ya teman penulis adalah orang kantoran tapi juga punya RM Padang peninggalan keluarga.
Jago Kandang
Dia bercerita tentang seluk beluk dan kesulitan yang dihadapi, dari mulai merubah rasa rendang yang katanya terlalu pedas, mengencerkan kuah gulai hingga pelarangan otak sapi karena dianggap berbahaya buat kesehatan. Bagaimana dengan regulasi? Regulasi menurutnya tidak seribet yang dibayangkan, yang penting kita sudah terdaftar di BPOM dan juga mengikuti serangkaian test dan juga pelatihan dari balai pelatihan makanan internasional.
Oh, ternyata tidak terlalu sulit? Betul, tahun 2015 adalah tahun MEA, menurutnya dari 2014 sebetulnya MEA sudah diberlakukan dengan nama AFTA, hanya kita yang tidak pernah disosialisasi. Negara lain bukan cuma bersiap, tapi sudah melakukan. Salah satunya dengan mempermudah beragam regulasi dan bekerja sama dengan balai internasional untuk sertifikasi.
Melihat teman penulis yang bahkan sudah membaca kesempatan di dalam perdagangan bebas sejak 2014 itu, penulis jadi bertanya-tanya. Indonesia yang lain bagaimana?
Menurut teman penulis tadi, kendala kita ada dua: Kemauan dan bahasa. Indonesia, tidak bisa dipungkiri adalah negara dengan jargon "Jago Kandang". Kita terlalu suka yang namanya leyeh-leyeh, mojok sambil ngopi, ngudut apalagi ditambah ngeblog dan bikin tulisan..Waduhh itu mertua lewat bisa dicuekin.