Tiga belas hari lalu negara kita Indonesia tercinta ini baru saja usai menyelenggarakan kompetisi lari marathon berskala internasional yang disponsori oleh Bank Mandiri dan beberapa partner lain di antaranya: AXA, Le Mineral, Salonpas.
Kompetisi lari marathon ini diikuti oleh 7.500 peserta dari beberapa negara yang dimulai dan diakhiri pada satu titik yaitu Candi Prambanan dengan melewati tiga destinasi wisata yaitu Candi Prambanan, Candi Plaosan dan Monumen Perjuangan Taruna. Kompetisi ini diadakan pada tanggal 28 April 2019 dan telah sukses untuk ketiga kalinya.
Kompetisi ini bukan hanya semata perlombaan tetapi lebih dari sekedar lomba. Mengapa demikian? Kompetisi ini memiliki keunggulan yang lebih, sebab melalui kompetisi ini dapat lebih memperkenalkan budaya-budaya Indonesia itu sendiri, peninggalan-peninggalan bersejarah juga wisata dan keindahan pemandangan alam lainnya. Otomatis akan membawa perubahan dalam sektor ekonomi, sosial dan budaya. Semakin meningkatnya turis domestik maupun luar negeri tentu akan ada pertambahan devisa untuk negara.
Keramahtamahan penduduk lokal pun akan menambah rasa kekeluargaan antara para peserta dan masyarakat. Selain itu tidak menutup kemungkinan perekonomian para penduduk bisa terbantu dengan adanya kompetisi Mandiri marathon ini.
Selain lebih mempromosikan Candi Prambanan yang telah terkenal keajaibannya itu. Para peserta dan siapa pun akan lebih mengenal Candi Plaosan dan Monumen Perjuangan Taruna. Ketiga destinasi wisata tersebut memiliki cerita sejarah di balik keagungannya.
Candi Plaosan terbagi dua yaitu Plaosan Lor dan Plaosan Kidul yang terletak di sekitar pemukiman warga. Kedua candi hanya di antarai jalan raya kira-kira berjarak 200 m.
Candi ini dibangun pada masa kerajaan Rakai Pikatan yang pada waktu itu berkuasa sebagai raja dari Mataram kuno dalam kurun waktu sejarah 840 - 856 Masehi. Candi yang dibangun pada wilayah Kalasan ini merupakan keinginan dari sang istri tercinta yaitu Putri Pramodyawardhani yang bergelar Ratu Sri Kaluhuran. Putri dari Raja Samaratungga yang berasal dari wangsa Syailendra yang menganut agama Budha sedangkan Rakai Pikatan berasal dari wangsa Sanjaya.
Candi ini memiliki kisah unik dan indah. Konon kabarnya candi ini mengisahkan kisah cinta yang kuat antara Raja Rakai Pikatan dan Ratu Sri Kaluhuran. Lantaran kisah cinta keduanya tak memperoleh restu dari orang tua maka terbangunlah candi ini sebagai bukti kekuatan cinta mereka.
Selain Candi Plaosan. Monumen Taruna juga bagian dari kawasan yang dilalui para peserta lari Mandiri Yogya marathon. Monumen ini pun tak kalah unik yang menyimpan sejarah bagaimana perjuangan masyarakat Yogyakarta melawan dan mempertahankan wilayahnya dari rongrongan pihak Belanda yang saat itu menjajah Bangsa Indonesia.
Monumen Perjuangan Taruna merupakan saksi bisu bagaimana perjuangan para taruna Akademi Militer pada tahun 1949. Monumen ini didirikan untuk mengenang para taruna Akademi Militer (Akmil) yang gugur demi mempertahankan dan melawan kebiadaban para tentara Belanda. Pimpinan TNI Letnan Husein pun tak luput dari kebiadaban mereka.