Lihat ke Halaman Asli

Kisah IHSG: Perjalanan Menegangkan di Pasar Saham Indonesia Enam Tahun Terakhir

Diperbarui: 25 November 2023   13:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Apa itu IHSG?

IHSG, singkatan dari Indeks Harga Saham Gabungan, adalah grafik saham yang menunjukkan rata-rata pergerakan seluruh saham di bursa. Dengan grafik IHSG, masyarakat dan pelaku pasar modal dapat melihat ringkasan kondisi pasar modal BEI secara real-time tanpa harus menganalisis instrumen saham satu per satu. Nama lain dari IHSG adalah Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia atau ICI. Fungsi dasar IHSG adalah untuk mencerminkan status seluruh saham di pasar modal, untuk mengevaluasi kualitas portofolio investasi yang dimiliki, untuk mengukur rata-rata tingkat pengembalian investasi, untuk memberikan acuan dalam berinvestasi, dan untuk memperhatikan perkembangan perekonomian negara tersebut. Pergerakkan IHSG dipengaruhi oleh faktor makro eknomi, seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi, tingkat suku bunga, dan kebijakan moneter.

Bagaimana kondisi perkembangan IHSG Indonesia tahun 2018-2023?

Tentu akan lebih menarik membicarakan IHSG jika membahas juga pergerakannya selama 6 tahun terakhir. IHSG menunjukkan tren yang agak fluktuatif selama 6 tahun terakhir atau tepatnya pada bulan Januari 2018 hingga September 2023. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir tahun 2018 dinilai paling buruk dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu pada level sebesar 6.194,50 poin. Penurunan indeks selama setahun terakhir tidak terlepas dari banyaknya katalis negatif dalam negeri, seperti pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tidak menyimpang dari 5%, depresiasi nilai tukar rupiah, sentimen luar negeri seperti defisit neraca perdagangan dan perang dagang, serta meningkatnya nilai tukar mata uang asing atau tingkat dana federal (FFR) Bank Sentral Amerika Serikat.

IHSG pada tahun 2019 sedikit menguat hingga ditutup pada level 6.299,54. Hal ini masih disebabkan oleh dampak melemahnya perekonomian akibat perang dagang, selain itu karena sentimen dalam negeri atas kasus Rogue MI dan Jiwasraya yang juga memberikan tekanan pada laju IHSG. Sementara pada tahun 2020, IHSG kembali anjlok yang ditutup pada level 5.979,07. Tahun ini merupakan tahun tersulit bagi perekonomian global. Hampir seluruh negara di dunia telah memasuki jurang resesi, termasuk Indonesia yang pasar sahamnya sangat fluktuatif selama pandemi Covid-19. Pada awal pandemi, IHSG mengalami penurunan tajam dalam kurun waktu singkat. Pada Februari 2020, IHSG mencapai 5.425,7, kemudian pada Maret 2020, IHSG tembus 4.538,93 dan mencapai level terendah dalam beberapa bulan terakhir.

Pada tahun 2021 IHSG berkinerja positif dibandingkan akhir tahun 2020 yaitu mencapai 6.581,5. Sebab, seiring pulihnya perekonomian Tanah Air dan teratasinya pandemi Covid-19, kepercayaan investor pasar modal mulai kembali, dimana hal tersebut dinilai baik bagi pertumbuhan IHSG. Pertumbuhan IHSG pada tahun 2022 jauh lebih meningkat dibandingkan pada akhir tahun 2021, dimana berada pada level 6.850,6 pada Desember 2022 yang merupakan level tertinggi disbanding tahun-tahun sebelumnya karena pemulihan pereknomian Indonesia terus membaik Pada awal 2023 kinerja IHSG kurang baik. Hal tersebut disebabkan, situasi global yang penuh ketidakpastian meski situasi juga sudah banyak membaik, seperti Covid-19 yang berubah dari pandemi menjadi penyakit endemik. Selain itu, kebijakan moneter Bank Sentral AS, Federal Reserve masih bersifat hawkish.

Periode penurunan dan puncak kenaikan IHSG

Rata-rata IHSG Indonesia selama tahun 2018 hingga tahun 2023 memiliki pergerakan yang fluktuatif, dimana pada tahun 2020 merupakan periode penurunan signifikan IHSG karena memasuki masa pandemi Covid-19, dimana nilai rata-rata IHSG pada tahun 2020 sebesar 5.260,028. IHSG mengalami pelemahan signifikan di banyak pasar saham dunia. Penurunan signifikan IHSG dimulai pada  pertengahan Februari hingga Maret 2020 seiring dengan mulai menyebarnya pandemi Covid-19 secara global sehingga menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap perekonomian dan pasar keuangan. Ketika ekonomi terhenti, mobilitas masyarakat menjadi berkurang, sehingga aktivitas ekonomi menurun. Dengan demikian, daya beli melemah sehingga menyebabkan produksi melambat. Harga saham telah mengalami perubahan yang besar dan cepat karena investor bereaksi terhadap berita dan perkembangan terkait pandemi ini, termasuk penyebaran virus, kebijakan lockdown, stimulus ekonomi, dan banyak lagi. Volatilitas ini mencerminkan tingginya tingkat ketidakpastian di pasar saham. Terlebih pada bulan Maret yang merupakan awal Covid-19 di Indonesia, sehingga membuat harga saham turun drastis. Ini merupakan situasi terburuk sepanjang sejarah Bursa Efek Indonesia dalam kurun waktu 6 tahun terakhir.

Faktor-faktor yang menyebabkan penurunan signifikan IHSG selama pandemi antara lain pandemi penyakit virus corona Covid-19 telah membuat pembatasan aktivitas bisnis, penutupan perusahaan, dan gangguan terhadap rantai pasokan global menghancurkan prospek pertumbuhan ekonomi dan keuntungan perusahaan, serta berdampak negatif pada pasar saham. Ketidakpastian mengenai penyebaran pandemi virus corona dan dampaknya terhadap kesehatan membebani sentimen investor. Kekhawatiran mengenai dampak jangka panjang terhadap kesehatan masyarakat dan sistem layanan kesehatan telah meningkatkan kekhawatiran mengenai lambatnya pemulihan ekonomi. Sentimen negatif ini juga berdampak pada IHSG karena pandemi Covid-19 merupakan peristiwa global dan berdampak pada pasar saham di banyak negara.

Sebelum pandemi, IHSG mencapai puncak tertingginya pada awal tahun 2018. Beberapa faktor pendorong kenaikan IHSG sebelum pandemi, seperti Indonesia mencatat pertumbuhan ekonomi yang solid selama periode ini, dimana Ekonomi Indonesia tahun 2018 tumbuh 5,17%. Pertumbuhan ekonomi yang stabil dan kuat cenderung mendukung kinerja korporasi dan pasar saham secara keseluruhan. Setelah pandemi Covid-19, IHSG mengalami pemulihan pada periode 2021 hingga 2023. Beberapa faktor yang dapat mendorong pertumbuhan IHSG pascapandemi, seperti pemulihan ekonomi pascapandemi. Stimulus pemulihan di sektor-sektor utama dan tingkat vaksinasi yang tinggi dapat mendukung pemulihan ekonomi dan sentimen pasar. Kebijakan moneter dan fiskal yang longgar oleh bank sentral dan pemerintah dapat mendorong IHSG. Penurunan suku bunga dan aliran masuk modal asing ke pasar saham Indonesia berpotensi menopang kenaikan IHSG. Ketertarikan investor asing terhadap potensi pertumbuhan dan peluang investasi Indonesia dapat memberikan dorongan positif bagi pasar saham, dengan jumlah investor pasar modal meningkat signifikan pada Januari 2021.

Volatilitas IHSG dan Opsi Put and Call

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline