Pada era globalisasi persaingan dalam hal apapun dirasa semakin ketat. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang keberadaannya tidak dapat dihindari oleh siapapun, mengakibatkan adanya perubahan dan tuntutan baru dalam masyarakat. Pekerjaan dari tenaga manusia banyak tergeser dengan digitalisasi komputer. Sehingga kebutuhan sumberdaya manusia semakin ketat persaingannya. Soft sklills merupakan komponen penting yang tidak bisa tergantikan oleh mesin.
Soft skills merupakan faktor penting yang dipertimbangkan oleh banyak organisasi dalam pengembangan karir lulusan di masa depan, selain keterampilan teknis yang harus dimiliki (Ilias, Abd Razak, Yeop Yunus, & Abd Razak, 2012), (Robles, 2012), (Majid, Liming,Tong, & Raihana, 2012). Dunia kerja tidak hanya memilih calon pekerja yang cakap dalam kemampuan akademik saja (hard skills), tetapi juga sangat memperhatikan nilai-nilai kecakapan lainnya diantaranya ialah keterampilan sosial.
Memiliki kemampuan hard skills yang tinggi tetapi tidak disertai dengan soft skills yang baik, akan menghasilkan sumber daya manusia dengan keterampilan kurang maksimal. Hasil penelitian menunjukkan, 75% keberhasilan pekerjaan ditentukan oleh soft skills dan hanya 25% ditentukan oleh hard skill (Abbas, Abdul Kadir, & Ghani Azmie, 2013).
Hasil penelitian lain menunjukkan 85% soft skill dan 15% hard skill merupakan kompetesi yang diperlukan dalam pekerjaan (Ramlall & Ramlall, 2014) dan karir bisnis, (Anthony, 2014). Oleh karena itu sebanyak 77% pengusaha sepakat dalam proses perekrutan karyawan, soft skill dijadikan pertimbangan yang posisinya sama penting dengan hard skils (Paolini, 2015).
Lulusannya diharapkan dapat memenuhi tuntutan dunia usaha akan tenaga kerja tingkat menengah. Hal ini senada dengan PP RI No. 29 Tahun 1990 tentang pendidikan menengah pasal 3 ayat 2, "Sekolah Menengah Kejuruan mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional".
Namun keberadaan SMK ini dinilai masih terlalu prematur untuk diharapkan lulusannya sebagai tenaga siap kerja. Menghasilkan generasi yang sukses baik secara akademik maupun non akademik adalah harapan setiap orangtua, guru dan pemerintah. Tak terkecuali pada siswa-siswi sekolah menengah atas dan yang sederajat, terutama sekolah menengah kejuruan (SMK).
Siswa SMK memang dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja. Artinya ketika nanti lulus dari sekolah, lulusan dari SMK siap untuk bekerja bahkan bersaing dengan masyarakat luas berbekal keterampilan yang sudah diajarkan di sekolahnya. Namun, kenyataan di lapangan tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan, masih terdapat banyak siswa lulusan SMK yang belum siap bersaing dalam dunia kerja.
Salah satu faktor yang penting untuk dapat memasuki dunia kerja ialah keterampilan sosial. Keterampilan sosial bagi siswa SMK penting untuk bekal menyesuaikan diri dengan lingkungan kerjanya nanti. Kurikulum 2013 menargetkan siswa untuk memiliki keseimbangan dalam hal hardskill maupun softskill.
Berdasarkan data yang diperoleh pada survei yang dilakukan tahun 2021 di SMK Islam Al Amal Surabaya, dari 200 siswa kelas 10 dan 12, 90% kemampuan dalam bersosialisasi masih tergolong rendah. Berdasarkan data tersebut, perlu dilakukan pelatihan untuk meningkatkan keterampilan sosial pada siswa SMK Al Amal Surabaya.
Kegiatan ini dimaksutkan untuk memberikan keterampilan sosial kepada siswa-siswi, sehingga diharapkan di masa yang akan datang siswa-siswi tersebut terampil dan lebih luwes dalam menjalin relasi terutama ketika memasuki duni kerja dan bermasyarakat.
Siswa -- siswi SMK Islam Al-Amal Surabaya memiliki kemampuan bersosialisasi yang tergolong rendah, tetapi tidak memiliki tenaga ahli untuk memberikan materi pelatihan, sehingga membutuhkan bantuan dari Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya.