Games ternyata bisa digunakan sebagai media pembelajaran loh!
Bukan hanya sekedar media pembelajaran bagi anak-anak usia dini saja. Melainkan, games dapat menjadi media pembelajaran diplomasi bagi mahasiswa juga. Tapi, apa sih itu diplomasi? Diplomasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) merupakan urusan atau penyelenggaraan perhubungan resmi antara satu negara dan negara yang lain.
Apasih pentingnya mempelajari diplomasi bagi mahasiswa HI?
Sangat penting sekali, diplomasi merupakan pembahasan utama dari jurusan Hubungan Internasional ini. Mulai dari semester satu hingga semester akhir, kata diplomasi pasti akan selalu digunakan oleh para dosen maupun mahasiswa baik itu untuk tugas mata kuliah maupun artikel jurnal.
Lalu, mengapa games bisa menjadi alat pembelajaran diplomasi bagi Jurusan HI?
Pada jurusan Hubungan Internasional, selalu diajarkan tentang teori-teori yang berkaitan dengan diplomasi oleh dosen-dosen yang mengajar. Tapi, di jurusan ini, pembelajaran teori saja tidak cukup untuk betul-betul memahami esensi dan pengalaman berdiplomasi itu sendiri. Maka, biasanya, para mahasiswa hubungan internasional berusaha untuk menerapkan dan mengembangkan soft skill ber-diplomasinya melalui Model United Nations (MUN).
Model United Nations (MUN) atau simulasi sidang PBB merupakan sebuah kegiatan yang diselenggarakan untuk mengasah soft skill berdiplomasi. Dimana pada kegiatan ini akan ada sebuah tema yang dibahas untuk menyelesaikan permasalahan yang dibahas.
Akan tetapi, MUN ini jarang diselenggarakan dan biasanya memerlukan biaya tergantung dimana diselenggarakannya kegiatan tersebut. Kedua hal tersebut membuat MUN sangatlah tidak efisien dalam mengembangkan soft skill berdiplomasi tersebut. Maka, games bisa menjadi salah satu alternatif bagi dosen maupun mahasiswa dalam mengembangkan soft skill ini.
Games seperti Diplomacy yang diciptakan oleh sarjana Universitas Harvard, Allan B. Calhamer, pada tahun 1950-an dapat menjadi alternatif pembelajaran diplomasi yang lebih murah dan efisien. Permainan ini dimainkan berdasarkan pandangan realis terhadap hubungan internasional dimana negara-negara bersaing secara rasional untuk pengaruh (sphere of influence) yang kemudian pada akhirnya mencapai sebuah keseimbangan kekuatan (balance of power). Permainan akan dimulai dengan 7 orang pemain yang berperan sebagai sebuah negara yang berusaha mencapai kepentingannya melalui rangkaian negosiasi, aliansi rahasia, adu domba, dan menyebarkan disinformasi.
Selain itu, ada video games bergenre Grand strategy yang dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran diplomasi lainnya. Video games seperti Europa Universalis IV (EUIV) dapat menjadi salah satu video games yang dapat menjadi alat pembelajaran diplomasi. Pada video games tersebut, pemain berperan sebagai pemimpin dari sebuah negara yang memiliki kekuasaan untuk menentukan keputusan-keputusan yang negaranya akan ambil.
EUIV memiliki sebanyak 81 interface yang dapat digunakan untuk berdiplomasi dengan negara lainnya baik itu negara AI atau negara pemain lain. Interface ini yang memerankan diplomasi di dalam video games ini. Sehingga, video games ini memiliki potensi sebagai alat pembelajaran diplomasi. Selain itu, dengan adanya fitur multiplayer, pengalaman berdiplomasi yang diberikan akan lebih terasa oleh para pemain.