Lihat ke Halaman Asli

Broken Home

Diperbarui: 27 November 2023   13:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

        Ray, salah seorang siswa dari SMAN 1 Mandau yang merupakan salah satu sma favorit di Kota Duri. Kesehariannya diisi dengan belajar dan bekerja. Dari pagi hingga sore ia fokus belajar demi meraih impiannya menjadi seorang abdi negara. Sore menjelang maghrib ia mulai mengayuh sepedanya mencari toko-toko yang membutuhkan tenaga kerja. Ray biasanya pulang pada jam 20.00 WIB ketika sudah selesai melaksanakan shalat isya’.

        “Bu, ini hasil kerja Ray hari nii” Ujar Ray usai pulang ke rumah.

       “Alhamdulillah Ray, tapi kamu ga perlu repot-repot untuk kerja nak, ibu bisa mencukupi kehidupan kamu dan adik-adik kamu” Jawab Ibu Ray dengan tersenyum.

      “Gapapa buk, Ray juga ingin membantu meringankan pekerjaan ibu, apalagi semenjak ayah pergi beban ibu justru semakin bertambah” Ray tersenyum.

      “Yaudah lah kalau begitu nak” Ibu Ray menghela nafas.

       Itulah kehidupan seorang Ray, ia memiliki 2 adik yang masih sekolah dasar. Ayah Ray pergi meninggalkan mereka dengan wanita simpanannya ketika Ibu Ray mengandung adik bungsunya. Ray bertekad untuk menjadi tulang punggung keluarganya untuk meringankan beban ibunya dalam menghidupi ia dan adik-adiknya. Ia berkata pada dirinya sendiri untuk tidak menjadi seperti ayahnya nanti ketika dewasa. 

       Suatu hari ketika Ray pergi mengayuh sepedanya untuk mencari orang yang bisa dibantu ia melihat seorang kakek yang menjual minyak eceran. Akan tetapi karena tubuhnya yang sudah tidak kuat, kakek tersebut tidak kuat menjalankan usahanya lagi. Ray menyempatkan dirinya untuk membantu kakek tersebut setiap sore.

       “Hei nak, kamu ambil saja duitnya, kan kamu yang kerja membantu saya” Ujar sang kakek.

       “Tidak usah kek, lebih baik kakek saja yang ambil untuk memenuhi kebutuhan kakek nanti” Jawab Ray sembari mengayuh sepeda pergi.

        Usaha Ray yang keras dan berkat prestasi-prestasinya di sekolah menjadi peluang besar Ray untuk masuk sekolah kedinasan impiannya. Guru dan teman-temannya selalu menjadi penyemangat untuk Ray. Mereka berharap untuk seorang Ray yang tidak kondisi ekonomi terlalu mencukupi agar dapat mencapai cita-citanya dan membanggakan ibu serta adik-adiknya. Lalu setibanya di sekolah, Ray dan teman-temannya telah selesai melaksanakan ujian terakhir.

        “Hei, Ray kamu ranking ke berapa??” Tanya Joe salah seorang teman Ray.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline