“Sudahlah, Bu, Ibu bukan ibu saya. Ibu bahkan tak tahu nama kecil saya.”
Mendengar ucapan Malik barusan, mata wanita tua itu membelalak, suaranya bergetar menahan marah.
“Beraninya kamu bilang kalau aku bukan ibumu?!” sentak wanita tersebut. “Kamu anak durhaka!”
Wanita tua berpakaian lusuh itu kemudian menengadahkan wajah dan mengangkat tangannya,
“Ya Tuhan! Jika saja aku tahu anakku akan berlaku seperti ini, lebih baik aku dulu membuangnya ke tempat sampah. Tuhan, aku mohon pada-Mu, berilah hukuman yang pantas buat anak durhakaku ini!”
Malik masih acuh tak acuh menatap wanita tua tersebut.
“Sudah doanya, Bu? Doa itu nggak akan mempan, toh saya bukan anak Ibu.”
Ia lalu memberi isyarat pada salah seorang anak buahnya,
“Kasih dia uang.”
Lima lembar uang seratus ribuan diangsurkan ke tangan wanita tersebut yang dengan bergetar menerimanya
“Terimalah uang itu dan jangan lagi coba-coba mengaku saya sebagai anak Ibu,” kali ini terasa ada pancaran kemarahan dari sorot mata Malik, dan wanita itu merasakannya.