Lihat ke Halaman Asli

Ryan M.

TERVERIFIKASI

Video Editor

"Memamerkan" Perbuatan Baik yang Kita Lakukan?

Diperbarui: 17 Juni 2015   08:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14276047612133996627

[caption id="attachment_357934" align="aligncenter" width="600" caption="Acts of Kindness (sumber gambar : mashable.com)"][/caption]

Pagi ini sewaktu mengantar si sulung ke rumah temannya untuk mengerjakan tugas sekolah, saya melihat sebuah mobil yang mogok - pas di tanjakan.  Tanpa pikir panjang, saya bergabung dengan beberapa orang yang sedari tadi berusaha mendorong mobil tersebut.

Saya jadi teringat malam sebelumnya ketika istri saya - dalam sebuah resepsi pernikahan sepupunya - menuntun seorang nenek turun dari tangga, seorang nenek yang tidak dikenalnya.

Kali lain, saya teringat cerita teman saya seorang pemotor.  Teman saya ini bercerita bahwa setiap kali ada motor yang bannya kempes, dia berhenti dan memberitahu ybs lokasi tukang tambal ban terdekat.

Atau, seorang sahabat bercerita bahwa dia sesekali membayari tiket tol kendaraan di belakangnya - meski dia sama sekali tidak mengenal siapa pengemudinya.

Saya yakin dalam pergaulan sehari-hari kita pasti pernah mendengar seseorang menceritakan perbuatan baik yang dilakukannya.  Ada yang membantu sekadar ongkos jalan bagi seorang korban pencopetan, ada yang memberikan tumpangan bagi seorang tua, ada yang memberikan makanannya pada seorang pengemis, bahkan ada yang bersedia sejenak meminjamkan ponselnya atau minimal keluar pulsa agar seseorang bisa menghubungi keluarganya.

Ternyata begitu banyak perbuatan baik yang bisa dilakukan, meski kadarnya 'tidak seberapa'.

Pamer?  Tidak.

Jika diingat lagi, mereka hanya sekali menceritakan perbuatan baik tersebut secara sambil lalu.  Nah, jika mereka acapkali menceritakan perbuatan baik tersebut, barulah kita bisa mencap ybs sebagai 'pamer'.

Perlukah bercerita?


Mungkin kita pernah mendengar atau membaca bahwa tidak sepatutnya seseorang menceritakan perbuatan baik yang dilakukannya.  Pendapat tersebut ada benarnya meski yang terjadi pada akhirnya adalah sebuah kesalah-kaprahan.  Kita jadi tak pernah mendengar cerita tentang seorang pengguna jalan yang selalu memilih mendahulukan penyeberang jalan meski saat itu sebenarnya lampu lalu lintas sudah menyala hijau.  Kita malah jadi sering mendengar cerita tentang betapa bangganya seorang pengguna jalan yang 'berhasil' memaki pengguna jalan lainnya dengan ucapan-ucapan khas jalanan atau dengan klakson panjang.

Salah kaprah?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline