[caption id="" align="aligncenter" width="346" caption="Ilustrasi (sumber foto : eweek.com)"][/caption] "Ini Johan yang mana ya? Perasaan temen gua nggak ada yang namanya Johan."
"Di henpon gua ada dua tiga orang yang namanya Indri. Yang bener yang mana nih?"
Mungkin sebagian Kompasianer pernah mengalami kebingungan seperti contoh di atas ketika suatu saat iseng menelusuri nama-nama yang tersimpan di ponsel masing-masing. Beberapa nama yang tersimpan di phonebook membuat kita mengernyitkan kening karena rasanya kita tidak memiliki teman dengan nama tersebut. Ini teman mana? Ketemu di mana? Atau bisa juga ketika kita teringat seseorang dan ingin meneleponnya, mendadak kita baru sadar bahwa ada beberapa orang dengan nama "hampir" serupa yang tersimpan di ponsel kita. Wah yang mana nih nomer dari orang yang kita maksud? Tulisan ini juga terinspirasi dari ayah saya yang merasa nyaman tinggal sendiri setelah kelima anaknya merantau. Beliau ingin agar ketika dirinya kenapa-napa, kelima anaknya bisa dihubungi dengan mudah oleh orang lain (tetangganya). Karena itu di ponselnya beliau menyimpan nomor kontak anak-anaknya sbb : B**i - Anak, R** - Anak, D**o - Anak, A** - Anak, dan J**a - Anak. Masalahnya - seandainya saya orang luar - saya pasti tetap sulit menghubungi keluarga ayah saya tersebut karena - anggap saja - saya tidak tahu nama anak-anak beliau. Karena itu, semoga tulisan saya kali ini kelak bisa memudahkan Kompasianer dalam mengelola nomor-nomor kontak yang tersimpan di ponsel kita. Pada dasarnya yang perlu kita lakukan hanyalah mengelompokkan nomor kontak berdasar kategori tertentu, misalnya : 1. BERDASARKAN HUBUNGAN PROFESIONAL Ketika bekerja bersama satu tim yang anggotanya berasal dari satu perusahaan, bagaimana cara Kompasianer menyimpan nomor kontak masing-masing anggota tim? Kebanyakan akan langsung menyimpan namanya saja tanpa keterangan apapun atau paling banter menyimpan dengan format NAMA ORANG - NAMA PERUSAHAAN misalnya Ryan - fin, Agus - fin Saran saya, mulai saat ini biasakanlah menyimpan kontak dengan format NAMA PERUSAHAAN - NAMA ORANG sehingga contoh di atas menjadi fin - Ryan dan fin - Agus. Ini berguna untuk memudahkan identifikasi dan komunikasi di kemudian hari. Cara ini juga bisa dipakai untuk menyimpan kontak orang-orang yang profesinya bisa jadi suatu saat kita butuhkan misalnya ANIMATOR - QIQI, EDITOR - KIKI, atau KAMERAMAN - KIKY. Jadi misalnya kita suatu saat butuh Qiqi yang animator, kita tidak akan tertukar dengan Kiki yang Editor atau Kiky yang Kameraman. Atau lebih tepatnya, ketika kita sedang butuh animator, kita tahu harus menghubungi siapa. 2. BERDASARKAN HUBUNGAN PERTEMANAN Dalam suatu reuni, Kompasianer berjumpa dengan teman-teman satu almamater yang dulunya tidak terlalu akrab kemudian kita bertukar kontak. Meski kelihatannya kurang etis, setidaknya selama beberapa waktu tak ada salahnya menyimpan nomor kontak teman tersebut dengan format NAMA ALMAMATER - NAMA ORANG. Ini membantu untuk mengingat bahwa nama tersebut dulunya satu sekolah dengan Kompasianer. Setelah itu bolehlah kontak disimpan dengan cara yang biasa - hanya nama saja. Ada beberapa nama di phonebook saya yang disimpan dengan cara tersebut misalnya SMEA 94 - Bambang, SMEA 95 - Tika, dll sementara saya sendiri berasal dari angkatan 93. 3. BERDASARKAN HUBUNGAN KEKERABATAN Meski beresiko disalahgunakan apabila ponsel dicuri, saya pribadi beranggapan pengelompokan seperti ini tidak salah - terutama bagi orang-orang yang tinggal sendiri seperti ayah saya. Jadi format penulisan untuk hubungan ini misalnya HUBUNGAN KEKERABATAN - NAMA. Format seperti itu berguna untuk memudahkan orang lain menghubungi saya apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terhadap ayah saya. Jadi, sekarang di ponsel ayah saya nomor kontak kelima anaknya sudah tersusun rapi sbb : Anak - A**, Anak - B**i, Anak - D**o, Anak - J**a, dan Anak - R**. Itulah sedikit teknik menyimpan nomor kontak di phonebook ponsel menurut cara saya, semoga bermanfaat dan selamat berakhir pekan. Catatan :
Jangan gunakan teknik ini apabila formatnya MANTAN - NAMA, saya tidak bertanggung jawab atas apa yang bakal terjadi hehehe...
Dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H