Lihat ke Halaman Asli

Ryan M.

TERVERIFIKASI

Video Editor

Proses Kreatif Dalam Menulis Sebuah Cerbung (Versi Saya)

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi (sumber foto : aucegypt.edu)"][/caption] Masih mengikuti cerbung saya "Kejarlah Cinta"?  Saat posting ini ditulis, "Kejarlah Cinta" sudah masuk chapter 8 dan ceritanya masih terus berlanjut.  Terimakasih saya untuk pembaca setia cerbung kedua saya ini, dan bagi Kompasianer yang belum membacanya, masih belum terlambat untuk ikut menikmati "Kejarlah Cinta" hehehe... Lewat tulisan ini, saya hanya ingin berbagi proses kreatif saya dalam menulis "Kejarlah Cinta".  Oya, sebelumnya saya perlu menginformasikan bahwa saya bukan seorang cerpenis. Di sini saya justru banyak belajar dari para Fiksianer di Kompasiana.  Karena itu mohon maaf dan koreksinya apabila ada istilah atau langkah yang menyalahi dunia tulis-menulis. Adapun proses kreatif saya ketika menulis cerbung "Kejarlah Cinta" adalah sbb :

  1. Menentukan ide cerita & sinopsis Di sini saya menentukan ide ceritanya adalah kisah cinta remaja - lebih tepatnya di masa SMA.  Cerita tentang masa dimana kita mulai benar-benar menyukai seseorang tapi tidak punya keberanian untuk mengungkapkannya.
  2. Menentukan tokoh-tokoh utama dalam cerita Karena berkisah tentang cinta, maka setidaknya harus ada dua orang tokoh utama dalam cerita ini.  Akan tetapi karena ide dasarnya adalah "kamu cinta seseorang tapi tidak berani mengungkapkannya", maka diperlukan setidaknya satu tokoh lagi yang berperan sebagai - katakanlah - penghubung antara "yang naksir" dan "yang ditaksir".
  3. Menentukan tokoh-tokoh pendamping Setelah menentukan tokoh utama, saya kemudian menentukan tokoh-tokoh pendamping untuk masing-masing tokoh utama.  Tokoh pendamping ini bisa sahabat, keluarga, kekasih, bahkan mungkin pesaing. Buat saya, kehadiran tokoh pendamping ini bisa membantu mengembangkan jalan cerita. Frekuensi kemunculannya juga tidak perlu sesering tokoh utama, bahkan bisa saja dia hanya muncul satu kali di sepanjang keseluruhan cerita - tapi perannya bisa membuat jalan cerita berbalik 180 derajat.
  4. Menentukan karakter dan benang merah untuk masing-masing tokoh Setiap tokoh - baik itu tokoh utama maupun tokoh pendamping - saya tentukan karakternya sesuai relasinya dengan tokoh-tokoh lainnya.  Misalnya tokoh Rian yang pemalu saya pasangkan dengan Aksa yang memahami wanita.  Supaya hubungan antara kedua tokoh yang karakternya berbeda ini masuk akal, saya memberi benang merah bahwa mereka sudah bersahabat sedari masih kecil.  Begitu pula dengan tokoh-tokoh yang lain.
  5. Melakukan casting Casting?  Ya, saya melakukan casting untuk beberapa tokoh sesuai karakter dan deskripsi yang sudah saya tentukan sebelumnya.  Saya melakukan searching di google untuk mendapatkan wajah yang paling pas sebagai "pemeran" tokoh A, B, C, dst. Dengan membayangkan wajah mereka, saya bisa mendapat ide untuk jalannya cerita. Di sini saya juga menentukan nama lengkap masing-masing tokoh untuk memperkuat karakter yang dimiliki tokoh tersebut.  Dan saking seringnya membayangkan wajah mereka, rasanya saya mulai jatuh cinta pada beberapa tokoh dalam cerbung ini hehehe...
  6. Melakukan riset Sebelum mulai menulis, saya melakukan riset supaya jalan cerita saya tidak terlalu jauh dari kehidupan nyata.  Untuk kasus cerbung "Kejarlah Cinta" ini saya mencari informasi ekskul apa yang umum ada di sekolah (SMA), saya juga men-download denah beberapa sekolah supaya saya bisa mendapat gambaran ruang mana yang paling dekat dengan lapangan bulutangkis misalnya.  Dari denah sekolah tersebut saya akhirnya bisa menentukan bahwa Rin berada di kelas XII yang jauhnya cuma beda dua ruang dengan Rian & Lintang di kelas XI. Bahkan saya juga men-download kalender akademik supaya tidak salah menentukan waktu terjadinya sebuah peristiwa.

Setelah semua terkumpul, barulah saya mulai menulis. Kemudian supaya tidak terburu-buru menulis seperti cerbung pertama saya "Cinta, Kenapa Kau Terasa Begitu Menyakitkan?" (yang kebetulan ditulis spontan tanpa langkah-langkah di atas), chapter pertama "Kejarlah Cinta" di-publish setelah saya selesai menulis chapter 2.  Dan sebelum sebuah tulisan di-publish, saya baca dulu secara keseluruhan - bila perlu diedit kembali.  Saya juga menentukan jadwal publishing yang memberi saya cukup waktu untuk menulis. Ribet? Yah, mohon maklum karena saya belum terbiasa menulis di kanal fiksi.  Dan lagipula menulis cerbung membutuhkan kehati-hatian karena ada kesinambungan dan konsistensi yang harus dijaga.  Saya sempat "terpeleset" di satu chapter, tapi sudah saya perbaiki.  Buat saya, menulis cerbung itu ibarat merangkai satu demi satu potongan puzzle, jika satu meleset, gambaran yang ingin dirangkai malah menjadi berantakan. Akhirnya, selamat menikmati cerbung "Kejarlah Cinta"!  Terimakasih untuk atensi dan apresiasinya... Tulisan ini masuk kategori “Selfish” dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline