Lihat ke Halaman Asli

Ryan M.

TERVERIFIKASI

Video Editor

Selalu Ada Celah (Untuk Mencari Kekurangan Kita)

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi (sumber gambar : lucindaherdiani.blogspot.com)

[caption id="" align="aligncenter" width="518" caption="Ilustrasi (sumber gambar : lucindaherdiani.blogspot.com)"][/caption]

Seorang teman pernah ‘mengeluh’ pada saya tentang teman-temannya.  Ceritanya bermula dari keinginannya membeli sebuah ponsel untuk mengganti ponsel lamanya yang sudah rusak.  Setelah melalui berbagai pertimbangan – termasuk tentunya mengintip isi dompet, dia akhirnya memutuskan membeli ponsel dengan kisaran harga 5 jutaan.

Ketika teman-temannya melihat ponsel barunya tersebut, beragam komentar bermunculan, dari yang ‘iri’ seperti saya (karena teman saya bisa mencicipi sebuah produk high-end) sampai yang benar-benar iri hingga melontarkan komentar yang menurut teman saya itu menyakitkan.

“Terang aja lu bisa beli, lu ‘kan nggak punya tanggungan keluarga.  Kalo gue kaya’ lu juga gue bisa beli seperti itu, sepuluh malah.”

Sekadar catatan, di usianya yang sudah kepala 4, teman saya ini memang masih single.

Mendengar keluh-kesahnya, saya jadi teringat kata-kata seseorang dari eks kantor ketika saya secara tidak sengaja bertemu dengannya dalam sebuah resepsi pernikahan.  Setelah mengetahui bahwa saya sekarang menjalankan usaha video editing – yang Alhamdulillah – berjalan baik, dengan ringannya dia berkata,

“Lu enak ya, klien lu sudah banyak sih dari dulu.  Kalo punya klien banyak, gue juga berani keluar dari kantor dan bikin usaha kaya’ lu.”

Dalam hati saya membatin,

Kamu nggak tau aja kalo saya harus fleksibel dan mengusahakan win-win solution supaya klien puas dengan pekerjaan saya  - sementara di satu sisi saya juga nggak rugi.

Selalu Ada Celah

Seringkali kita memang menjumpai hal-hal semacam itu.  Ada beberapa orang yang kerap mencari pembenaran atas kondisinya sekarang ini apabila dibandingkan dengan kondisi orang lain seangkatannya.

“Terang aja rumahnya banyak di sana-sini, dia ‘kan nggak punya istri sama anak, jadi duitnya utuh buat diri sendiri, nggak buat beli susu anaklah, uang sekolahlah, dsb dsb”

Dan pembenaran semacam itu biasanya diakhiri dengan kalimat,

“…kalo kondisinya kaya’ gitu juga saya bisa seperti dia…”

Bagaimana Menanggapinya?

Santai saja.

Ingatlah bahwa :

“SELALU ADA CELAH BAGI SESEORANG UNTUK MENCARI KEKURANGAN KITA”

Dengan mengingat kalimat di atas, kita bisa lebih santai dalam menghadapi orang-orang yang mencari ‘titik lemah’ kita.

“EGP” kalau menurut istilah anak-anak muda beberapa tahun lalu.

Bahkan seandainya kita memiliki wajah ganteng/cantik level 99, harta berlimpah yang tak akan habis tujuh turunan, pribadi yang mengesankan, dan keluarga yang sempurna, tetap saja orang akan menemukan ‘titik lemah’ tersebut.

Yah paling bila kita sudah merasa terganggu dengan pernyataan-pernyataannya, kita kick balik saja,

“Jadi ceritanya lu nyesel [nikah/punya anak/dll tergantung kalimat yang dia ucapkan]?”

Biasanya mendapat ‘serangan’ seperti itu, si penanya akan mati kutu sambil bilang,

“Ya nggaklah, masa’ gue nyesel…” dan bla bla bla menceritakan enaknya kehidupannya yang sekarang.

Semoga tulisan singkat dan nggak jelas saya kali ini bermanfaat, selamat beristirahat menikmati sisa hari Minggu ini!

Tulisan ini masuk kategori “Relationship” dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline