Lihat ke Halaman Asli

Ryan M.

TERVERIFIKASI

Video Editor

Listrik Prabayar? Ribet!

Diperbarui: 2 April 2020   23:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14207932891502658468


[caption id="attachment_345623" align="aligncenter" width="600" caption="Ilustrasi Sahaja (sumber foto : industri.kontan.co.id)"][/caption]

Itulah bayangan saya sebelum ini tentang listrik prabayar.

Saya membayangkan harus rajin-rajin ngecek meteran untuk melihat apakah saldo listrik saya masih mencukupi.  Saya juga membayangkan betapa ribetnya kalau saldo sudah kritis sementara saat itu hari sudah malam.  Mau beli stroom (saldo listrik/token) di mana?

Namun ketika saya pindah ke tempat baru, mau tidak mau dan suka tidak suka saya harus menerima kenyataan bahwa tempat tersebut sudah menggunakan listrik prabayar.  Yah, kelihatannya PLN memang berupaya memindahkan layanan listriknya ke sistem prabayar – setidaknya untuk golongan Rumah Tangga.

Lalu, apa yang saya lakukan?

Pelajari Meteran yang Terpasang

Dari situs resmi PLN, saya jadi tahu bahwa listrik prabayar menggunakan beberapa merk meteran – diantaranya yang disebutkan adalah Actaris, Landis Gyr, Star, Hexing, serta Itron.  Saya kemudian mempelajari petunjuk penggunaan meteran yang terpasang di tempat saya; bagaimana cara membaca informasi saldo yang tertera di layar meteran, bagaimana memahami warna lampu pada meteran, dan bagaimana cara menginput stroom.


[caption id="attachment_345628" align="aligncenter" width="544" caption="pelajari meteran yang terpasang (sumber gambar : pln.co.id)"]

14207947091163936502

[/caption]

Namun secara garis besar tidak ada perbedaan mendasar antara satu merk meteran dengan lainnya.  Setiap meteran dilengkapi lampu LED yang akan berwarna hijau apabila saldo listrik di atas 30 KWH, berwarna merah apabila saldo listrik di bawah 30 KWH, serta berwarna merah dan berkedip cepat (kadang-kadang disertai bunyi “tit”) apabila saldo di bawah 10 KWH.  Begitu pula cara menginput stroom, yang perlu dilakukan hanyalah memasukkan 20 digit angka yang didapat saat melakukan pembelian, kemudian tekan tombol ENTER pada meteran.

Sesederhana itu.

Saldo Bisa Dibeli Menggunakan Internet Banking

Setelah mempelajari meteran yang terpasang, saya kemudian mencari informasi bagaimana sistem pembelian saldonya.  Ternyata pembelian saldo listrik prabayar bisa dilakukan di beberapa ATM seperti ATM Mandiri, Bukopin, BCA, NISP, BNI, dan BRI.  Besaran saldo yang bisa dibeli mulai dari Rp 20.000,- sampai Rp 1.000.000,-

Nah, karena saya nasabah BCA, saya coba mencari apakah transaksi pembelian token ini bisa dilakukan melalui fasilitas Internet Banking BCA (KlikBCA).  Dan ternyata bisa!  Ini sudah sangat melegakan, berarti saya bisa kapan saja melakukan pembelian saldo listrik, nggak perlu malam-malam keluar rumah mencari ATM terdekat.

Adapun untuk pembelian listrik prabayar ini ada di menu “Pembelian – Lainnya” kemudian pilih “PLN Prabayar” sbb :

[caption id="attachment_345624" align="aligncenter" width="578" caption="pembelian saldo listrik menggunakan fasilitas internet banking KlikBCA (screenshot)"]

14207935541886528268

[/caption]

Yang harus diperhatikan adalah kita wajib memasukkan Nomor Meter saat melakukan pembelian, biasanya Nomor Meter ini berupa stiker dengan barcode yang ditempelkan di bodi meteran.  Kemudian ikuti saja langkah berikutnya.

Setelah transaksi selesai, kita akan mendapat tanda bukti sbb :

[caption id="attachment_345627" align="aligncenter" width="474" caption="tanda bukti transaksi pembelian listrik melalui internet banking KlikBCA (screenshot)"]

14207941501641030286

[/caption]

Perhatikan, di baris paling bawah tertulis STROOM/TOKEN (bukan RP STROOM/TOKEN ya) diikuti deretan 20 angka.  Angka-angka inilah yang nanti akan kita input ke meteran.  Catat atau foto saja angka-angka tersebut.

Btw, saya pernah mengalami kejadian yang cukup bikin repot karena lupa menyimpan kode token.

Menginput Stroom

Cara menginput saldo listrik ternyata sederhana, kita tinggal memasukkan deretan 20 angka tadi menggunakan keypad yang ada di meteran kemudian diikuti dengan tombol ENTER seperti yang sudah saya tulis sebelumnya.  Jika benar, meteran akan mengeluarkan bunyi panjang disusul layar yang menampilkan informasi jumlah KWH yang dimasukkan.  Kembali lagi, pelajari cara menginput stroom sesuai dengan merk meteran yang terpasang.

Kesimpulan

Listrik Prabayar ternyata tidak seribet yang saya bayangkan sebelumnya, malahan mempunyai keunggulan yang tidak kita temui di listrik dengan sistem abonemen.  Di listrik prabayar, kita bisa membeli listrik sesuai dengan dana yang tersedia, mau 50 ribu, 100 ribu, 500 ribu, atau bahkan 20 ribu.  Ini berbeda dengan sistem abonemen (langganan bulanan) yang mengharuskan kita membayar penuh jumlah tagihan yang tertera jika masih ingin menerima pasokan listrik.

Listrik Prabayar lebih boros?

Menurut pengalaman saya, dengan pembelian Rp 50.000 untuk daya 1.300 VA rata-rata harus diisi lagi dalam waktu 3-4 hari.  Artinya dalam sebulan diperkirakan saya 10 kali mengisi sehingga didapat angka Rp 500.000, jumlah yang sama harus saya keluarkan ketika masih menjadi pelanggan listrik dengan sistem abonemen.  Jadi saya bisa katakan, biaya yang harus dikeluarkan relatif sama.

“Ah, angka KWH-nya nggak ketauan kalo kita beli listrik prabayar,” begitu kata seorang teman.

Coba kita lihat lagi gambar tanda bukti transaksi di atas, ada baris bertuliskan JML KWH sebesar 63,7.  Itulah jumlah total KWH yang saya dapat ketika melakukan pembelian sebesar Rp 100.000,- yang cukup untuk digunakan selama satu minggu.  Dibagi dengan angka RP STROOM/TOKEN sebesar Rp 95.214, saya menemukan angka sekitar Rp 1.494 sebagai harga per KWH, sudah naik dibanding bulan lalu yang ada di angka Rp 1.350-an.


[caption id="attachment_345656" align="aligncenter" width="600" caption="jumlah kwh yang saya dapat untuk pembelian saldo 100 rb bulan lalu (dokpri)"]

1420801381314167790

[/caption]

Semoga tulisan saya kali ini bermanfaat, selamat sore.

Tautan Luar :

Blog Resmi PLN

Tulisan ini masuk kategori “Serba-Serbi” dan dipublish pertamakali di www.kompasiana.com, copasing diizinkan dengan mencantumkan URL lengkap posting di atas atau dengan tidak menghapus/mengedit amaran ini.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline