Minggu pagi kemarin kakakku mampir kosku. Ngamuk-ngamuk. Marah-marah.
Terpaksalah cucian kutinggalkan. Duduk tenang, kutanya lebih serius. Ada apa?
Matanya masih menyala. Dia lalu bercerita, "Anies masuk KMP". Awalnya kupikir Anies ini nama pacar barunya. Tapi kok ada KMP?
KMP apaan, tanyaku. Koalisi Merah Putih itu lho, jawabnya. Astaga. Lama banget gak dengar istilah itu. Lalu pelahan aku mulai paham. Ini soal Anies Baswedan, idolanya dia, yang jadi calon gubernur melawan idolanya yang lain, Ahok. (Idola lawan idola. Memang bukan sinetron yang diimpikan).
Sebenarnya tadinya mau kubiarkan saja. Tetapi jadi ingat dulu ribut-ribut orang tua kami saat Mbakku ini mau ke Jakarta. Apalagi kerjanya di hotel, jaringan hotel. Ortuku pikir, orang masuk hotel pasti mau berbuat mesum.
Atau saat sepupuku dapat beasiswa ke Amerika. Satu keluarga besar di kampung ribut. Amerika kan tanah kafir. Pasti nanti jadi kafir kalau hidup di sana. Dan sepupuku pulang tetap jadi orang Indonesia yang muslim.
Jadi ingat pula teman-temanku yang jadi relawan penyuluh HIV. Mereka masuk lokalisasi, bergaul dengan bermacam orang tetapi toh bisa menjaga diri. Bahkan orang-orang suci dan hebat --waliullah, kyai, santo, dll-- bergaul justru dengan orang-orang yang kita anggap sebagai penyakit masyarakat dan mendakwahi mereka untuk jadi baik.
Lalu pagi itu kami duduk-duduk lebih lama dari biasanya. Aku cuma dengerin lama dan sesekali nimbrung ala kadarnya. Keluarlah semua curahan hatinya.
Pas mau pulang dengan sedih ia berkata,"Dik, aku harus memilih..". Maksudmu, tanyaku. Ia jawab, "Iya, antara Anies atau Ahok".
Ya Allah, Mbak. Ini pilkada, kamu bukan mau dikawin oleh Anies atau Ahok.
Jadi kujawab juga ala kadarnya, pilih aja yang pribadinya baik...:)
