[caption caption="AHOK - sumber foto smeaker.com"][/caption]Konstelasi Politik pada Pilgub DKI udah mulai terasa panas, sosok Ahok yang di cintai tetapi juga di caci sebagai sosok kontroversi tapi mumpuni, ramai-ramai calon bermunculan ingin mencalonkan diri dengan tujuan mengalahkan Ahok, seorang yang dianggap oleh sebagian masyarakat yang tidak suka terhadapnya dengan sebutan Cina dan Kafir.
Ahok memang susah terbendung, dengan gaya yang ceplas ceplos, temperamental, tetapi disisi lain dia adalah sosok yang baik dan peduli. Ahok temperamental dan ceplas ceplos untuk hal-hal yang dia rasakan tidak benar, untuk hal-hal yang menyimpang dan untuk hal-hal tidak masuk logikanya.
Jikalau Ahok bukanlah seorang keturunan Cina ataupun beragama Kristen, pastilah dia bisa memenangkan 90% suara DKI, bahkan bukan tidak mungkin di pilih juga oleh sebagian rakyat Indonesia dalam Pilpres, mengutip kata-kata Adhyaksa Dault , Kalo saja Ahok seorang Muslim, Jangankan Pilgub DKI, maju Presidenpun dia bisa menang, memang kenyataannya seperti itu, Indonesia bukanlah Negara Islam, tapi mayoritas penduduk Indonesia adalah Islam, Islam Indonesia sangat mudah digerakkan, sangat mudah untuk di panas-panasi, sangat reaktif untuk hal-hal yang berbau agama, ras, suku dan antar golongan.
Banyak yang benci Ahok, karena gayanya yang sering melontarkan kata-kata yang kasar, terkesan menuduh, dan membuat orang-orang tertentu kebakaran jenggot, tapi itulah Ahok, dia pintar memancing dengan ucapan-ucapan kerasnya, sehingga tanpa mengeluarkan energi yang besar beliau bisa memancing lawan-lawan yang bersebrangan, memancing oknum-oknum yang selama ini tidak tersentuh hukum, kita pasti ingat bagaiman Ahok dengan kata-kata yang pedas adanya project siluman UPS senilai 1,2 T, dia banyak mendapat perlawanan keras, dia berkata keras pada kasus Kalijodo, sehingga memancing Daeng Aziz turun gelanggang mencari dukungan dan mengadakan perlawanan.
Jokowi dan Ahok hampir setipe, kalau Jokowi dengan gaya yang banyak diam tetapi menghanyutkan, Ahok dengan gaya yang keras, ceplas ceplos, tabrak sana-tabrak sini, seakan tidak takut dia digulingkan, karena mereka tau kalangan masyarakat sekarang ini keinginannya seperti apa, mereka bisa melihat besarnya dukungan kepada mereka dari respon masyarakat, dari sosmed dan tentunya media elektronik.
Ahok dan Jokowi punya kekuatan dengan pencitraan pada dirinya, seolah-olah mereka adalah bukan siapa-siapa, mereka adalah sama dengan rakyat biasa yang ingin membangun dan menjadikan Jakarta dan Indonesia ini bersih jauh dari korupsi , kolusi, nepotisme, kemaksiatan dll., dan itu yang terkesan yang ingin mereka tonjolkan , sehingga apapun yang mereka lakukan di citra kan sebagai simbol Ahok dan Jokowi adalah kita. Kalau Jokowi dengan kesendirian karena bukan apa-apa di Partai Politik , kalau Ahok sendiri karena memang tidak memiliki Partai Politik.
Konstelasi menjelang Pilgub DKI semakin panas , beruntung bagi Ahok, Ridwan Kamil mundur dari Pencalonan , karena Ridwan Kamil sebenarnya punya kans yang sangat besar sebagai lawannya Ahok. Tapi Ridwan Kamil pun sebenarnya punya kans yang cukup besar sebagai penantang Jokowi ataupun jadi pasangannya Jokowi 2019 nanti. Kalau Ridwan Kamil berpasangan dengan Jokowi 2019 nanti sepertinya pasangan yang mempunyai kekuatan yang sangat besar, tetapi kalau Jokowi berhadapan dengan Ridwan Kamil dalam Pilpres, masing-masing Tim memerlukan energi yang besar juga untuk saling mengalahkan, karena Ridwan Kamil mewakili masyarakat Jabar yang punya pemilih kurang lebih 20 jutaan orang, pemilih-pemilih pemula dan anak-anak muda punya potensi memilih Ridwan Kamil.
Kembali ke Ahok, kekuatan Ahok adalah dengan gaya dan karakter beliau yang seperti saat inilah yang membuat popularitas semakin naik, kalau tanpa kontroversi yang dibuat Ahok, dirinya kurang greget dan kurang mendapat perhatian, tapi dengan gaya dan karakternya saat ini, orang selalu menunggu-nunggu apalagi nih yang akan dilakukan Ahok, masyarakat sering menunggu-nunggu apa lagi episode lanjutan dari kisah Ahok sebagai Gubernur DKI.
Kalau ingin menjatuhkan Ahok bukan dengan cara-cara yang di perlihatkan oleh H Lulung, M Taufik atau siapapun yang menyerang Ahok, karena publik punya memori tentang H Lulung, M Taufik, Yusril dsb. Menjatuhkan Ahok dengan cara diamkan, jauhkan dari lingkungan sosmed, media elektronik, jangan buat statement yang melawan Ahok.
Kalau banyak tokoh-tokoh politik , tokoh agama, LSM, dan lembaga lain rame-rame ingin mengalahkan Ahok dengan mencalonkan banyak calon adalah langkah yang salah, Ahok dapat dikalahkan apabila Tokoh partai politik, tokoh agama yang tidak sependapat dengan Ahok, organisasi yang tidak sependapat dengan Ahok, calonkan saja 1 orang untuk maju menghadapi head to head dengan Ahok, sangat dimungkinkan Ahok bisa dikalahkan, tetapi kalau calon sampai 4 – 5 orang dengan maksud mengalahkan Ahok, malah kemenangan mudah yang akan di raih seorang Ahok.
Saya ingat sewaktu Ahok, maju bertarung untuk menjadi Gubernur Bangka Belitung, beliau berhadapan dengan 3 Calon yang semuanya memakai bendera muslim, ada Alm Eko Maulana Ali, Sofyan Rebuin dan Hudarni Rani. Popularitas Ahok perlahan namun pasti terus memepet Alm. Eko Maulana Ali , sampai akhirnya 2 hari menjelang pencoblosan dengan melihat popularitas Ahok, kubu calon yang lain menggerakan seluruh ulama-ulama, mesjid-mesjid, dan ceramah –ceramah di mesjid untuk memberikan materi ceramah yang intinya agar memilih pemimpin muslim, dan kebetulan hari tersebut bertepatan dengan hari Juma’at dimana umat muslim melakukan ibdah sholat jumat. Dan langkah ini efektif akhirnya Alm Eko Maulana Ali yang terpilih dengan suara terbanyak disusul Ahok di urutan kedua, tapi bagi Ahok hal ini merupakan batu loncatan dan pembelajaran yang berharga. Jadi untuk mengalahkan Ahok calon-calon yang lain harus menggunakan cara-cara yang elegan & simpatik, tidak perlu menyerang Ahok, tunjukan program dan rekam jejak yang baik, mudah-mudahan akan muncul segera penantang Ahok seperti Ridwan Kamil yang bisa Head to Head dengan Ahok.