Kehidupan selama pandemi ini menimbulkan banyak sekali tantangan dan perjuangan yang memeras keringat, kondisi demikian menjadikan situasi kehidupan yang semakin tidak menentu mulai dari sisi finansial, kesehatan dan sosial.
Sebagai negara yang dikenal dengan gotong royong maka pada saat inilah perlu untuk saling bahu membahu dalam melewati pandemi ini, beberapa waktu lalu sempat viral di media sosial tren "ikoy-ikoy" yang di populerkan oleh influencer arif muhammad yang pada dasarnya hanya sekedar iseng ke asistennya.
Ikoy ikoy sebenarnya seperti give away atau berupa pemberian sedekah kepada followers arief yang memberikan beberapa alasan terhadap kondisi kehidupannya saat ini, ada yang diberikan uang ataupun barang yang memang dibutuhkan oleh pengikutnya di Instagram.
Salah satu gerakan kecil yang bisa dirasakan oleh para followers sangat membantu mereka dalam kondisi yang sangat sulit saat ini, ditambah dengan adanya support dari berbagai pihak yang mendukung tren "ikoy-ikoy" sehingga arief muhammad tak tanggung membuka kesempatan selebar-lebarnya kepada seluruh followers lama atau barunya untuk ikut serta.
Aksi spontansitas tersebut juga dilakukan berbagai kalangan, mulai dari musisi, atlit dan para influenser lainnya, melalui media sosial mereka saling menggalang dana untuk mensupport berbagai kalangan yang terdampak pandemi.
Fenomena gerakan-gerakan sosial dari berbagai macam kalangan melalui media sosial ini semacam anomali, dari beberapa anggapan bahwa di era digital saat ini dapat memperlemah gerakan kolektif, dikarenakan menciptakan kondisi manusia jadi semakin individual.
Perubahan Partisipasi di Era Digital
Ketika bangun pagi kebanyakan orang pertama kali yang akan dicari adalah smartphonenya, hasil riset Statista tahun 2013 dalam laman Mashable, terdapat 84% pengguna langsung mencari smartphone miliknya saat terbangun dari tidur.
Sebagian besar, atau sekitar 67% pengguna disinyalir langsung mengecek email atau pesan teks lainnya yang masuk. Sedangkan sebagian lainnya akan langsung mengecek kondisi cuaca (45%) atau mengakses akun jejaring sosial (40%) untuk mengecek informasi-informasi terbaru.
Kebiasaan untuk mengecek informasi saat bangun tidur dari hasil riset diatas mencapai 40% dengan begitu seseorang yang tidak lepas dengan smartphone dapat lebih banyak informasi yang dikonsumsi, dan dalam konteks partisipasi masyarakat terhadap ajakan atau gerakan sosial diera digital menjadi semakin masif.
Kegiatan aktivisme dalam ruang digital ini telah dibahas oleh Bennet dan Segeberg dalam konsep Connective Action atau bisa dikenal dengan pola partisipasi individual berdasarkan koneksivitas media sosial.