Sepak bola bagi banyak orang, termasuk saya, adalah olahraga yang paling mengagumkan dan menarik. Di sana, di atas lapangan, ia hadir menggabungkan olahraga, seni, adu strategi, serta drama yang kadang-kadang bisa begitu tragis.
Ialah sihir yang memaksa jutaan orang untuk selalu menyempatkan waktunya di tengah kesibukan dan istirahat untuk datang ke stadion, ke tempat nonton bareng, atau begadang larut malam demi menyaksikan tim-tim favoritnya bermain.
Namun, kehebohan sepak bola yang menarik tidak hanya terjadi di atas lapangan. Di luar lapangan, di mana era berita menjadi begitu bebas dan sangat terbuka, dengan passion yang begitu tinggi terhadap olahraga ini, ia menjadi komoditas yang paling laris. Media-media sosial dunia maya menjadi hingar, salah satunya, mesti berterima kasih kepada sepak bola. Stasiun-stasiun TV kalau tak mau disebut ketinggalan, selalu memasukkannya dalam siaran wajib pagi, siang, dan malam di luar jadwal siaran langsung. Belum lagi portal-portal berita. Untuk menarik jumlah klikan, berita tentang bola disuguhkan, bahkan dibuatkan kanal tersendiri. Dibuatkan analisis prapertandingan, livescore, dan segala macam tetek-benget lain yang selalu ter-update.
Begitulah dunia sepak bola di kekinian. Riuh. Bukti betapa ia menjadi bagian hidup yang nyaris tak bisa dipisahkan bagi banyak orang. Bahkan, ia bisa menjadi sumber kekuatan. Paling tidak bagi si kecil, Tom. Lewat sepakbola, ia bisa melupakan sakit yang ia alami meski hanya untuk sementara, hanya untuk 90 menit.
Richard Griffiths mengunggah foto di atas di akun media sosialnya pada 30 Agustus kemarin. Pada keterangan foto, Richard menuliskan:
Here's My 7 yr old Son totally engrossed in the game. for 90 min he forgets the Leukemia. i love this pic and #avfc.
Lalu pada bagian lain, tanggapannya atas sebuah komen yang ia terima, Richard menuliskan:
Thanks all. he said after the notts county game "villa makes me feel like a normal kid"
Setiap dari kita mendukung kesebelasan favorit kita sendiri-sendiri. Namun, di atas segalanya adalah manusianya itu sendiri. Ketika menghadapi hidup seperti yang terjadi pada keluarga Richard, khususnya yang dialami anaknya, Tom, kita tak lagi sendiri-sendiri, melainkan bersama-sama memberi dukungan semangat kepada mereka.
Keep strong, Kid!
---