Lihat ke Halaman Asli

Hari Ini, Pontianak Alami Hari Tanpa Bayangan

Diperbarui: 21 Maret 2018   10:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tugu Khatulistiwa, Pontianak, Kalimantan Barat (Foto: infopedia.co.id)

Terletak di garis ekuator bumi, membuat Indonesia seringkali mengalami fenomena alam yang menarik, salah satunya adalah "Hari Tanpa Bayangan". Pada saat itu, matahari akan berada tepat di atas garis ekuator atau khatulistiwa. Peristiwa ini terjadi dua kali dalam setahun. Pontianak, Kalimantan Barat akan mengalaminya pada 21 Maret dan pada 23 September 2018 mendatang.

Seperti dikutip dari Liputan6.com (20/3), Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin mengatakan, matahari saat itu berada tepat di tengah atas kepala. Sehingga mengakibatkan tidak tampak bayangan. Kondisi demikian yang disebut sebagai nirbayangan atau hari tanpa bayangan.

Fenomena "Hari Tanpa Bayangan" dapat terjadi karena bumi beredar mengelilingi matahari pada jarak 150 juta Km dengan periode sekitar 365 hari. Garis edar bumi ini berbentuk agak lonjong, sehingga memungkinkan bagi bumi untuk bergerak lebih cepat atau lebih lambat. Bidang edar bumi yang disebut bidang ekliptika mempunyai kemiringan sebesar 23,4 derajat terhadap bidang ekuator bumi. Oleh karena itu, matahari akan tampak berada di atas belahan bumi utara dan selatan masing-masing sekitar setengah tahun.

Sementara itu, Peneliti Pusat Sains Antariksa LAPAN Rhorom Priyatikanto mengatakan pada 21 Maret dini hari, matahari berada tepat di atas ekuator (CNN, 2018). Peristiwa ini dikenal dengan vernal equinox, suatu fenomena yang menyebabkan durasi siang dan malam di seluruh dunia akan sama yaitu 12 jam. Pada siang harinya matahari akan berada tepat di atas kepala. Sehingga memungkinkan bagi objek yang berdiri tegak di ekuator akan tampak tidak memiliki bayangan.

Kepala Pusat Astronomi Assalaam AR Sugeng Riyadi seperti dikutip dari nationalgeographic.co.id (19/3) menjelaskan bahwa fenomena nirbayangan di berbagai daerah di Indonesia tidak terjadi pada hari yang sama. Hal ini tergantung dari koordinat lintang wilayahnya dan posisi deklinasi matahari.

Fenomena tersebut akan terjadi di Jakarta pada tengah hari setiap tanggal 4 Maret dan 8 Oktober. Sementara itu, Belitung akan mengalaminya pada setiap tanggal 13 Maret dan 1 Oktober, Kota Sabang pada 5 April dan 8 September, dan Kota Solo pada 1 Maret dan 18 Oktober.

Fenomena yang terjadi ini akan menyebabkan matahari akan terasa lebih terik dibandingkan saat solstice, ketika matahari berada di titik paling utara dan paling selatan. Selain itu, juga akan menyebabkan tidak adanya perubahan gaya gravitasi bumi atau matahari. Perubahan posisi tampak matahari ini yang menyebabkan perubahan musim di bumi. Seperti halnya empat musim di daerah subtropis dan juga musim kering-basah di wilayah Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline