Lihat ke Halaman Asli

Rianto

Mahasiswa Sosiologi Universitas Brawijaya

Maraknya Self Diagnosis Generasi Muda Akibat Pengaruh Media Sosial

Diperbarui: 18 Desember 2023   21:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Era digital telah menawarkan berbagai kemudahan dalam mengakses informasi dan komunikasi. Masyarakat masa kini terutama para remaja atau generasi muda tentu tidak asing dengan keberadaan internet dan media sosial. Internet dan media sosial menjadi tempat untuk mencari dan memperoleh berbagai informasi salah satunya dalam memperoleh informasi seputar kesehatan.

Namun sayangnya kemudahan dalam mencari dan memperoleh informasi mengenai kesehatan ini seringkali menyebabkan seseorang melakukan self diagnosis. Apa itu self diagnosis? Self diagnosis merupakan upaya seseorang dalam mendiagnosa diri dengan melihat informasi yang didapat secara mandiri tanpa bantuan tenaga ahli yang profesional, informasi ini bisa didapatkan dari orang lain, internet, maupun pengalaman dari masa lalu. (Nareza, 2020)

Self Diagnosis Melalui Media Sosial

Pada masa kini kesehatan mental seolah-olah menjadi pembicaraan banyak orang. Hal ini menyebabkan tingkat kesadaran akan pentingnya kesehatan mental pada generasi masa kini jauh lebih tinggi daripada generasi tua. Munculnya informasi mengenai kesehatan mental di media sosial membuat para pengguna media sosial yang didominasi oleh para remaja muda dengan mudah memperoleh informasi mengenai kesehatan mental.

Di Instagram banyak kita temui akun yang membuat konten seputar kesehatan mental dan menyediakan layanan konseling secara online. Media sosial lainnya seperti Twitter banyak kita temui tweet para pengguna yang membagikan pengalaman mengenai kesehatan mentalnya. Di Tiktok pula banyak kita temui pengguna dengan konten video mengenai pentingnya kesehatan mental. 

Tiktok pun pernah mengajak penggunanya untuk memulai pembicaraan mengenai kesehatan mental dengan program Mental Awareness Week. Masih banyak lagi konten di internet yang memuat edukasi mengenai kesehatan mental, umumnya konten-konten ini memuat ciri-ciri seseorang dengan penyakit mental dan cara mengatasinya.

Banyaknya konten mengenai kesehatan mental menjadi salah satu faktor generasi masa kini lebih terbuka dan peduli akan pentingnya menjaga kesehatan mental. Konten-konten tersebut tentu memiliki manfaat yang baik bagi seseorang dengan pengidap mental illness. Namun apa jadinya jika seseorang melakukan self diagnosis pada kesehatan mentalnya karena merasa relate dengan konten-konten yang ada di media sosial?

Jumlah pengguna media sosial didominasi oleh generasi masa kini yang seringkali disebut generasi millenial dan Gen Z, hal ini membuat generasi masa kini memiliki resiko tinggi melakukan self diagnosis. Self diagnosis akibat pengaruh media sosial bermula ketika seseorang merasa relate dengan gejala-gejala dari gangguan mental yang diperoleh dari konten di media sosial. 

Ketika seseorang membaca konten mengenai kesehatan mental di media sosial mereka akan melabeli diri mereka sendiri dengan gangguan mental tertentu karena perasaan relate tersebut. Apalagi remaja merupakan fase dimana seseorang masih memiliki sifat atau karakter yang belum stabil sehingga dengan mudah mereka terpengaruh dengan apa yang mereka lihat dan konsumsi di media sosial.

Informasi maupun konten mengenai kesehatan mental yang didapatkan melalui media sosial menjadi cara mudah seseorang dalam melakukan self diagnosis meskipun informasi tersebut belum tentu benar. Tidak jarang pula seseorang melebih-lebihkan kondisi yang sedang di alami dan mengaitkannya dengan gangguan mental tertentu. Sebagai contoh ketika seseorang mengalami kecemasan dalam kondisi tertentu seringkali mendiagnosa dirinya dengan gangguan mental anxiety

Tidak sedikit pula kita temukan para remaja yang membuat konten menunjukkan dirinya mengalami gangguan mental, seperti membuat postingan cuplikan video yang sedang menyakiti dirinya sendiri dan membuat tulisan atau kata-kata mengenai gangguan mental yang dialaminya (Darmadi, 2022).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline