Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Muhtar Wiratama

Pegiat Masyarakat dan Penulis Amatir dari Rawamangun

Guru Yang Bagus Adalah Unicorn

Diperbarui: 27 November 2023   18:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kita semua pernah mengenyam pendidikan di bangku sekolah. Pengalaman di masa kecil hingga remaja tersebut adalah kenangan tidak terlupakan yang membantu membentuk pola pikir dan kehidupan kita kelak di masa dewasa. Ketika sedang menjalaninya dahulu, mungkin tidak pernah terbayang di benak kita bahwa masa dewasa ternyata sangat lama, sementara masa kecil dan remaja sangat sebentar. Bercengkerama dengan teman, bermain bersama, hingga belajar di kelas dibimbing oleh guru adalah pengalaman-pengalaman paling indah yang pernah terjadi di dalam hidup kita.

Guru, tentu saja memainkan peranan yang sangat penting semasa kita di bangku sekolah. Bagi para guru, mengajar anak-anak mungkin tidak lebih dari rutinitas sekaligus jalan hidup yang mereka pilih untuk mencari nafkah. Namun bagi kita anak-anak, guru selalu mendapatkan tempat yang spesial dan terhormat -- betapapun kita tidak bisa selalu mengekspresikannya dengan baik di masa kecil dan remaja dahulu.

Sebagian besar dari kita yang beruntung memiliki satu atau dua orang guru yang begitu spesial sampai-sampai ia bisa mempengaruhi jalan hidup dan pilihan-pilihan yang kita ambil di kemudian hari. Jika guru itu adalah guru matematika, mungkin sang anak kelak terdorong untuk mengambil preferensi ilmu eksak hingga berkuliah di ITB dan menjadi insinyur. Jika guru itu adalah guru seni rupa, bisa jadi sang anak terinspirasi untuk masuk ke dunia seni hingga berkuliah di IKJ dan menjadi seniman atau pekerja kreatif. Bisa juga guru itu adalah guru Bahasa Indonesia yang membuat sang anak tertarik pada dunia tulis-menulis hingga ia menjadi jurnalis top atau penulis buku kenamaan. Kira-kira sedemikian pentingnya peran guru bagi perkembangan hidup kita.

Guru spesial tersebut bisa berkesan di hati kita karena alasan yang berbeda-beda. Mungkin karena gaya berkomunikasinya yang baik dan lucu, atau karena cara mengajarnya yang nyambung dan mudah kita pahami. Bisa juga karena alasan lebih sederhana: ibu guru yang cantik untuk murid laki-laki atau bapak guru yang ganteng untuk murid perempuan. Apapun itu, guru bisa memanfaatkan semua amunisi yang dimilikinya agar peserta didik tertarik dan mudah memahami pelajaran yang ia sampaikan.

Guru yang spesial ini adalah unicorn. Ia hanya muncul sesekali, dan ketika sudah tidak lagi diajarkan oleh sang guru spesial, kita akan menyadari perbedaannya. Tiba-tiba soal-soal trigonometri dan pecahan menjadi begitu susah, atau perkara pantun dan puisi menjadi membosankan. Karena dari kacamata murid, dari dulu sampai sekarang sekolah masih menjadi tempat yang lebih terasosiasi dengan kata "membosankan" ketimbang sebaliknya. Jadi guru-guru lah yang paling berperan sekaligus bertanggungjawab untuk mengubah sekolah menjadi taman bermain ilmu pengetahuan yang menyenangkan.

Di dunia pendidikan yang ideal, semua guru seharusnya adalah guru spesial. Semua guru adalah unicorn. Tapi guru juga adalah manusia biasa, yang di Indonesia ini mungkin menghadapi tantangan-tantangan hidup yang lebih berat ketimbang profesi-profesi lain yang mendapatkan gaji lebih besar. Kenyataannya, situasi sudah lama tidak berubah. Walaupun selalu dijanjikan setiap kali kampanye Pemilu, namun nasib guru tetap saja kembang-kempis. Sayangnya, faktor ini acap kali menjadi penghambat bagi para guru untuk berbuat lebih.

Pemerintah tentu saja harus segera menyelesaikan PR-PRnya di dunia pendidikan, terutama menyangkut kesejahteraan para guru. Kita akan terus memperjuangkan agar pendidikan -- alih-alih politik -- yang menjadi panglima di negeri ini. Namun guru juga tidak perlu menunggu. Guru adalah profesi unik yang mungkin hanya satu-satunya di dunia. Tanpa bermaksud mengecilkan nilai uang untuk memenuhi kebutuhan hidup kita, namun bayaran terbesar untuk para guru dari dulu hingga sekarang adalah rasa puas karena mengetahui bahwa kita bisa membuat perbedaan bagi kehidupan bukan hanya satu, namun banyak sekali anak yang pernah kita didik. Andil kita ada di setiap anak-anak kita yang tumbuh besar menjadi orang-orang yang bahagia dan berhasil dalam hidup.

Mungkin perjuangan hidup bagi kita para guru terasa berat, namun kita tetap harus bisa tersenyum di hadapan anak-anak. Ada kalanya kita merasa terpukau dengan orang-orang lain yang memiliki pekerjaan lebih mentereng, namun mereka tidak memiliki kemampuan untuk mengubah hidup banyak anak secara langsung dengan sentuhannya seperti halnya seorang guru. Karena pada dasarnya ketika kita sudah memilih untuk menjadi seorang guru, maka kita sudah memilih untuk menjadi unicorn. Kita sudah memilih untuk menjadi pahlawan tanpa tanda jasa. Kita sudah memilih untuk menjadi orang baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline