Lihat ke Halaman Asli

Ahmad Muhtar Wiratama

Pegiat Masyarakat dan Penulis Amatir dari Rawamangun

Indonesia Darurat Kekerasan Terhadap Perempuan!

Diperbarui: 18 September 2023   19:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Apakah teman-teman memperhatikan semakin maraknya berita tentang kekerasan terhadap perempuan belakangan ini? Setidaknya satu pekan sekali, mengemuka berita dengan profil tinggi tentang kekerasan terhadap perempuan. 

Ada yang dilakukan suami kepada istri, ayah kepada anak perempuan, dilakukan oleh pacar atau teman, dan lain-lain. Kasus-kasus yang muncul ke permukaan ini cenderung keji dan tragis, sehingga membuat kita yang membacanya seolah-olah sulit untuk percaya bahwa kejahatan ini benar-benar terjadi di sekitar kita -- dan dilakukan oleh orang-orang terdekat korban pula.

Yang mengkhawatirkan, pola ini cenderung berulang dan mengalami ekskalasi. Jika sebelumnya hanya muncul satu bulan sekali, sekarang sudah hampir setiap pekan muncul berita yang luar biasa tentang kekerasan terhadap perempuan. 

Jika tidak ada langkah serius yang dilakukan, kelak mungkin bisa setiap hari. Padahal, kasus luar biasa kekerasan terhadap perempuan yang muncul ke khalayak hanya puncak dari gunung es. 

Di bawahnya mungkin tidak terhitung jumlah kekerasan terhadap perempuan yang tidak terdokumentasikan atau bahkan tidak dilaporkan. Tidak salah jika kita menyebut bahwa Indonesia saat ini perlahan memasuki fase darurat kekerasan terhadap perempuan.

Masalahnya lagi, belum banyak perhatian yang diberikan oleh pihak-pihak berwenang untuk mengatasi kondisi darurat ini. Belum ada langkah khusus yang dilakukan oleh pengambil kebijakan untuk mengurangi atau sekedar mencegah terus terjadinya kekerasan terhadap perempuan di Indonesia. 

Di tahun 2023 ini, isu tentang perempuan dan kesetaraan gender masih termarginalkan, tenggelam oleh isu politik, ekonomi, atau gosip artis dan penyanyi. Bahkan, media-media di Indonesia seperti lebih senang memberi perhatian terhadap tingkah laku anak-anak selebriti ketimbang isu kekerasan terhadap perempuan.

Walaupun masih dominan, namun kasus kekerasan terhadap perempuan tidak seluruhnya adalah kekerasan seksual. Ada pula kasus penganiayaan yang tidak disertai kekerasan seksual, mulai dari kasus penganiayaan ringan, berat, termasuk yang berujung pada kematian. 

Dalam kasus-kasus domestik kekerasan terhadap perempuan di dalam rumah tangga, motifnya lebih banyak karena crime of passion, yakni kejahatan yang didorong oleh letupan emosi dari pihak laki-laki, dan perempuan sering menjadi sasarannya semata karena ia adalah pihak yang lebih lemah secara fisik.

Kenyataannya, kebanyakan kasus kekerasan terhadap perempuan yang terjadi adalah kekerasan domestik, bukan tindak kriminal bermotif ekonomi seperti pencurian atau perampokan. Kekerasan terhadap perempuan malah banyak dilakukan oleh orang-orang terdekat seperti suami, ayah, kakek, saudara laki-laki, paman, pacar, sampai teman. 

Pola ini sangat sering terjadi dari generasi ke generasi, sehingga yang lebih aneh adalah reaksi kebanyakan dari kita yang masih saja terkejut atau seolah tidak percaya ketika kekerasan itu dilakukan oleh orang-orang terdekat. Mungkin nurani masyarakat masih belum bisa menerima kenyataan bahwa yang paling utama perempuan harus dilindung terlebih dahulu dari orang-orang yang seharusnya melindungi mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline