Lihat ke Halaman Asli

Rhaiza Aninditya I

Mahasiswa Unsri

Kenya dan Krisis Pangan akibat Kekeringan

Diperbarui: 29 November 2024   00:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(krisis pangan di kenya akibat kekeringan) sumber:https://images.app.goo.gl/Bdhtiy1r4Xqjv5zS8

Krisis pangan telah menjadi salah satu isu global yang perlu ditangani, yang semakin diperparah oleh sejumlah alasan seperti perubahan iklim, konflik bersenjata, pandemi, dan ketidakstabilan ekonomi global. Dampak dari krisis ini sangat dirasakan oleh negara-negara berkembang seperti Kenya yang terletak di kawasan Tanduk Afrika. Kenya menjadi salah satu wilayah yang paling terkena dampak perubahan iklim dengan kekeringan yang berlangsung selama lima musim berturut-turut dari 2020 hingga 2023 sebagai salah satu penyebab ketidakamanan pangan yang parah. Diperkirakan bahwa lebih dari 4,4 juta orang menghadapi ketidakamanan pangan yang parah pada tahun 2023 termasuk 2,4 juta anak yang menderita malnutrisi akut. Situasi ini menunjukkan bagaimana faktor lingkungan dapat memperparah ketidakamanan pangan di negara-negara yang memiliki sistem ketahanan pangan yang lemah. Liberalisme sebagai kerangka teoretis hubungan internasional menyediakan alat untuk memahami dan mengatasi krisis semacam itu. Sebagai sebuah ideologi, liberalisme menekankan perlunya kerja sama global, keterlibatan aktor non-negara, dan penggunaan teknologi sebagai jawaban atas masalah transnasional. Dalam kasus Kenya, liberalisme dimanifestasikan dalam penyediaan bantuan internasional melalui Program Makanan Dunia (WFP) yang berada di garis depan dalam memberikan bantuan kemanusiaan.

Dalam menghadapi krisis pangan yang terus berlanjut, solusi jangka panjang menjadi esensial untuk mengurangi ketergantungan pada bantuan darurat. Pendekatan liberalisme mendorong inovasi teknologi dan investasi berkelanjutan yang melibatkan berbagai aktor, baik pemerintah, organisasi internasional, maupun sektor swasta. Kenya menjadi contoh penting bagaimana kolaborasi ini diterapkan dalam praktik nyata. Salah satu inisiatif utama yang mendukung upaya ini adalah Kenya Climate Smart Agriculture Project (KCSAP), yang didanai oleh Bank Dunia. Program ini bertujuan untuk membantu petani kecil di Kenya beradaptasi dengan tantangan perubahan iklim melalui teknologi yang inovatif, seperti pengenalan varietas tanaman tahan kekeringan dan sistem irigasi hemat air. Selain meningkatkan produktivitas, langkah ini mengurangi risiko gagal panen, yang seringkali menjadi penyebab utama kerawanan pangan di wilayah pedesaan. Hingga 2023, proyek ini telah menjangkau lebih dari 50.000 petani kecil di 24 kabupaten, memberikan dampak signifikan dalam memperkuat ketahanan pangan lokal,maka dari itu yang dibutuhkan untuk Kenya dalam menghadapinya

Selain dukungan dari Bank Dunia, Kenya juga memanfaatkan potensi teknologi digital melalui kerja sama dengan perusahaan agritech. Salah satu contohnya adalah Twiga Foods, sebuah startup yang menggunakan teknologi untuk menghubungkan petani kecil dengan pasar perkotaan. Twiga Foods memanfaatkan aplikasi berbasis digital untuk memangkas rantai distribusi yang panjang, yang selama ini menjadi salah satu penyebab tingginya limbah pangan dan rendahnya pendapatan petani. Dengan platform ini, hasil panen dapat langsung didistribusikan ke pasar konsumen di kota-kota besar, mengurangi biaya logistik dan memastikan harga yang lebih adil bagi petani. Langkah ini menunjukkan bagaimana inovasi berbasis pasar, yang didukung oleh prinsip-prinsip liberalisme, dapat menciptakan solusi yang tidak hanya meningkatkan efisiensi tetapi juga memberdayakan masyarakat lokal untuk mengambil peran lebih besar dalam sistem pangan nasional.Pendekatan liberalisme dalam hubungan internasional juga tercermin dalam kebijakan perdagangan bebas yang diadopsi Kenya melalui kerangka kerja sama regional, seperti East African Community (EAC). Dalam menghadapi krisis, pemerintah Kenya mengurangi tarif impor untuk komoditas strategis, seperti jagung, guna memastikan ketersediaan pasokan pangan dengan harga yang terjangkau. Kebijakan ini tidak hanya membantu masyarakat menghadapi lonjakan harga pangan global tetapi juga memperkuat integrasi ekonomi regional, yang menjadi bagian penting dari stabilitas jangka panjang. Selain itu, Kenya menjadi penerima manfaat dari inisiatif multilateral seperti Food Systems Resilience Program, yang didanai oleh Bank Dunia. Program ini mendukung pembangunan infrastruktur rantai pasok, termasuk fasilitas penyimpanan hasil panen dan sistem transportasi yang lebih efisien. Inisiatif ini membantu mengurangi kehilangan hasil panen pasca-panen yang selama ini menjadi salah satu masalah utama dalam sistem pangan Kenya.Melalui kerja sama internasional, inovasi teknologi, dan kebijakan perdagangan yang inklusif, Kenya mampu menunjukkan bagaimana pendekatan liberalisme dapat memberikan solusi jangka panjang terhadap krisis pangan. Namun, keberhasilan program ini tidak terlepas dari tantangan, seperti kurangnya infrastruktur di pedesaan atau ketimpangan akses terhadap teknologi di kalangan petani kecil. Oleh karena itu, meskipun liberalisme menawarkan kerangka kerja yang menjanjikan, implementasinya membutuhkan koordinasi yang efektif antara aktor lokal dan internasional.

Meskipun pendekatan liberalisme telah memberikan hasil yang signifikan dalam mengatasi krisis pangan di Kenya, tantangan besar tetap ada yang membutuhkan perhatian lebih. Ketergantungan Kenya pada bantuan luar negeri menjadi salah satu kelemahan utama. Dalam jangka panjang, kondisi ini membuat negara rentan terhadap fluktuasi geopolitik dan perubahan prioritas donor internasional. Sebagai contoh, bantuan pangan dari organisasi seperti WFP bisa berkurang jika ada krisis global lain yang mendesak perhatian dunia. Selain itu, hambatan domestik seperti kurangnya akses petani kecil terhadap teknologi baru, modal, dan infrastruktur menjadi penghalang utama untuk memastikan keberlanjutan solusi yang telah diterapkan. Meskipun proyek seperti KCSAP telah menunjukkan hasil positif, adopsi teknologi yang merata tetap menjadi tantangan besar karena sebagian besar petani kecil menghadapi keterbatasan sumber daya. Oleh karena itu, keberhasilan pendekatan liberal dalam menangani krisis pangan di Kenya harus diimbangi dengan kebijakan lokal yang kuat Dalam konteks ini, pemerintah Kenya perlu memperkuat investasi domestik, terutama di sektor infrastruktur pedesaan dan pendidikan petani. Peningkatan akses terhadap teknologi pertanian modern, pemberian subsidi untuk input pertanian, serta pelatihan bagi petani kecil harus menjadi prioritas. Dengan memadukan elemen kolaborasi internasional dan pemberdayaan lokal, Kenya memiliki peluang untuk mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan. Selain itu, penting bagi negara untuk melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan terkait kebijakan pangan. Pendidikan kepada petani dan masyarakat mengenai teknik pertanian modern serta manajemen pangan yang lebih baik harus diperluas. Ini juga mencakup investasi dalam pelatihan dan sumber daya yang memungkinkan petani kecil untuk mengakses teknologi baru dan meningkatkan pendapatan mereka. Kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan organisasi internasional adalah kunci untuk mempercepat penyebaran teknologi dan pengetahuan kepada petani-petani yang paling membutuhkan. Negara yang ingin menangani krisis pangan secara efektif harus menggabungkan kebijakan yang mendukung perdagangan, inovasi pertanian, dan pemberdayaan masyarakat secara bersamaan. Secara keseluruhan, negara harus bertindak sebagai fasilitator dalam menciptakan sistem pangan yang lebih tangguh dengan melibatkan semua pihak dalam mencari solusi. Ini membutuhkan kerja sama internasional, investasi dalam teknologi, serta kebijakan yang berfokus pada keberlanjutan dan pemerataan akses. Dengan begitu, krisis pangan bisa ditangani lebih efektif, dengan memberi kesempatan bagi negara-negara yang paling terdampak untuk membangun ketahanan pangan mereka sendiri dalam jangka panjang. Dengan langkah-langkah ini, negara dapat mengurangi dampak krisis pangan dalam jangka panjang dan memperkuat ketahanan pangan mereka.

Referensi:

admin. (2023, January 11). Cara Kenya Berdayakan Petani via Koperasi. WARTA KOPERASI. https://wartakoperasi.net/cara-kenya-berdayakan-petani-via-koperasi-detail-446307.html?utm_source 

Betahita.id. (2021, November 8). Krisis Iklim di kenya Mulai Nyata Ancam Kehidupan. betahita.id. https://betahita.id/news/detail/6754/krisis-iklim-di-kenya-mulai-nyata-ancam-kehidupan.html?v=1636390252&utm_source 

Xinhua. (2024, October 9). Sebanyak 1 juta Orang Alami Kerawanan Pangan di kenya. Antara News. https://www.antaranews.com/berita/4386094/sebanyak-1-juta-orang-alami-kerawanan-pangan-di-kenya?utm_source

 Uhe, P., Philip, S., Kew, S., Kimutai, J., Otto, F., Oldenborgh, G., Singh, R., Arrighi, J., & Cullen, H. (2017). The Drought in Kenya, 2016 - 2017. Climate and Development Knowledge Network and World Weather Attribution Initiative, April, 1--8. https://cdkn.org/wp-content/uploads/2017/06/The-drought-in-Kenya-2016-2017.pdf

Kandji, S. (2006). Drought in Kenya: Climatic, Economic and Socio-Political Factors. New Standpoints, December, 17--23.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline