Abstrak
Penelitian ini membahas peran mahasiswa Teknologi Pangan dalam bela negara melalui pelestarian dan promosi makanan lokal Nusantara di era globalisasi. Mahasiswa berkontribusi dengan memperkenalkan kuliner tradisional melalui teknologi digital, serta memberikan
edukasi tentang gizi dan manfaat kesehatan pangan lokal. Tantangan yang dihadapi termasuk perubahan selera masyarakat dan pengaruh globalisasi terhadap konsumsi makanan. Selain itu, mahasiswa juga berperan dalam mengatasi masalah gizi, seperti stunting, melalui edukasi pola makan sehat. Dengan memanfaatkan kreativitas dan teknologi, mahasiswa mendukung
ketahanan pangan nasional dan menjaga nilai-nilai kebangsaan sebagai bagian dari bela negara.
Kata Kunci: Bela Negara, Teknologi Pangan, Pangan Nusantara, Edukasi Gizi
Pendahuluan
Bela negara merupakan suatu bentuk kecintaan terhadap Negara Indonesia. Dalam
dasar dan peraturan yang berlaku, bela negara telah diatur sebagai hak dan kewajiban setiap
warga negara. Tanggung jawab ini mencakup seluruh masyarakat Indonesia, bukan hanya TNI
dan Polri. Banyak orang masih menganggap bela negara hanya berkaitan dengan kegiatan
militer, seperti wajib militer, latihan fisik, baris-berbaris, dan memiliki senjata api. Meskipun
demikian, ruang lingkup bela negara lebih luas dan dapat diwujudkan dalam berbagai cara
dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai agen perubahan, mahasiswa memiliki peran strategis dalam upaya bela negara
sesuai bidang keilmuan mereka. Sederhananya, orang dapat menjadi lebih sadar bela negara
dengan rela berkorban demi kepentingan negara, menghargai jasa para pahlawan, bertanggung
jawab atas pekerjaan mereka, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-
hari. Diharapkan mahasiswa dapat berkontribusi secara aktif dengan menjaga persatuan dan
kesatuan bangsa, mematuhi hukum, dan memiliki tekad kuat untuk memperbaiki Indonesia.
Mahasiswa program studi Teknologi Pangan dapat menerapkan nilai bela negara
dengan menunjukkan kepedulian dan kebanggaan terhadap makanan Nusantara. Salah satu
contoh aksi nyatanya yaitu dalam mengembangkan, mempromosikan, dan melestarikan pangan
lokal kepada masyarakat luas. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, seperti
internet dan media digital, menjadi langkah strategis dalam memperkenalkan keanekaragaman
pangan Indonesia secara lebih efektif dan cepat.
Namun, penerapan nilai-nilai bela negara di era digital ini memiliki berbagai tantangan
juga. Salah satunya yaitu dampak globalisasi, yang menyebabkan masyarakat mengubah
kebiasaan makan mereka dan beralih ke produk makanan impor yang dianggap lebih praktis
dan kontemporer. Selain itu, banyaknya hoaks dan disinformasi di media digital dapat
mengaburkan nilai-nilai kebangsaan, termasuk kecintaan terhadap produk pangan lokal. Selain
itu, minimnya kesadaran generasi muda dalam memanfaatkan teknologi digital untuk
memperkenalkan dan mengembangkan makanan Nusantara.
Isi
Kebanggaan dan kecintaan terhadap pangan nusantara bukan hanya cara untuk melestarikan budaya dan identitas bangsa, tetapi juga berperan dalam menjaga kelangsungan
hidup serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pangan sebagai kebutuhan pokok
kehidupan manusia, dengan beragam jenis makanan dan olahannya, harus dipilih dan
dikonsumsi dengan bijak agar dapat memberikan manfaat yang optimal bagi tubuh. Namun,
banyak orang cenderung mengabaikan aspek penting dalam pemilihan makanan, seperti jenis
makanan yang dikonsumsi, jumlah kalori yang diperlukan, serta pola makan yang seimbang
dan teratur. Oleh karena itu, untuk menjaga keseimbangan nutrisi, kita perlu lebih selektif
dalam memilih makanan yang bervariasi dan berkualitas, serta mengurangi konsumsi kalori
berlebih. Dengan memperhatikan hal-hal ini, kita dapat menciptakan pola makan yang lebih
sehat, mencegah masalah gizi, dan mendukung pelestarian nilai-nilai budaya bangsa.
Makanan tradisional menghadapi banyak masalah karena banyaknya makanan yang
cepat saji. Selain itu, minat terhadap makanan tradisional diancam oleh perubahan selera
konsumen menuju makanan cepat saji yang praktis. Orang lebih memilih makanan praktis
karena kehidupan sibuk. Ketika minat masyarakat sedang tinggi pada makanan cepat saji, maka
perlunya strategi untuk memasarkan makanan tradisional dengan baik. Salah satu pendekatan
yang harus digunakan adalah melakukan modifikasi atau pembaharuan untuk membuat
berbagai variasi makanan tradisional menjadi lebih modern. Rasa makanan tradisional akan
diperkaya dengan munculnya berbagai varian, yang dapat menarik generasi muda untuk
mempertahankan budaya dengan membeli, membuat, atau bahkan menjual makanan
tradisional.
Sebagai mahasiswa yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan ini adalah
melestarikan makanan lokal dengan memanfaatkan media sosial sebagai platform utama untuk memperkenalkan keunikan kuliner tradisional serta memberikan informasi mengenai
komposisi bahan baku dari makanan khas daerah tertentu. Penjelasan tentang bahan-bahan
lokal yang digunakan, nilai gizi, hingga manfaat kesehatan dari kuliner tradisional dapat
menjadi nilai tambah yang menarik bagi audiens. Selain itu, mahasiswa dapat menginisiasi
kegiatan wisata kuliner untuk mengajak masyarakat mencicipi langsung makanan tradisional di daerah tertentu, sekaligus mendukung pelaku usaha kuliner lokal. Dengan memadukan kreativitas, teknologi, dan konsistensi dalam berbagi informasi, mahasiswa memiliki peran strategis dalam melestarikan dan mempopulerkan kuliner lokal agar tetap eksis di tengah gempuran kuliner modern dan internasional.