Lihat ke Halaman Asli

Lagi, Papua Tak Kehabisan Bakat Pesepakbola

Diperbarui: 7 Januari 2022   20:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gelaran AFF 2020 lalu meninggalkan fakta yang unik yakni dari 30 pemain yang ada, 6 pemain sudah bermain di luar negeri, hal ini salah satu yang terbanyak dari generasi-generasi sebelumnya, memunculkan harapan untuk sepakbola Indonesia yang lebih maju. Ada beberapa nama yang menurut saya layak untuk bermain di luar negeri. 

Yakni Alfrenda Dewangga dan Pratama Arhan, duo PSIS Semarang ini bermain sangat baik dengan usianya yang masih 20 tahun, mental bermain dan ketenangannya sangat luar biasa, perlu diasah di kompetisi luar negeri. 

Selain dua pemain tersebut banyak yang menyebut bahwa Ricky Kambuaya adalah pemain yang layak bermain di luar negeri, dalam gelaran AFF 2020 lalu ia tercatat mendapat dua kali man of the match saat melawan Kamboja dan pada final leg kedua menghadapi Thailand. 

Soal Ricky Kambuaya, saya ingin berbagi pengalaman melihat sosoknya from nothing to something. Rumah yang jaraknya tak jauh dari Stadion Maguwoharjo membuat saya sering melihat pertandingan PSS Sleman saat laga home. Teringat sekali saat itu pertandingan home pertama PSS Sleman Liga 2 2018, pertandingan menjamu PS Mojokerto Putra. 

Tak begitu ingat soal skor, tetapi di sana pertama kali saya melihat Ricky Kambuaya, benar saja setelah saya mencari dari berbagai sumber Ricky Kambuaya memulai karir profesional pada tahun 2017 di PS Mojokerto Putra. 

Permainan baiknya membuat PSS Sleman, merekrut dirinya pada musim berikutnya yang pada saat itu PSS promosi ke Liga 1 2019. Kambuaya, bersama rekan setim di PS Mojokerto Putra yakni Haris Tuharea dan Derry Rachman ikut diboyong ke Sleman padahal saat itu PS Mojokerto Putra terhenti di 8 besar Liga 2 2018. 

Keyakinan saya bahwa ia memiliki potensi saat pertandingan Piala Indonesia melawan Barito Putra yang saat itu masih diperkuat Evan Dimas, dari tribun timur Maguwoharjo saya menyaksikan betapa indahnya tendangan ke sudut gawang  yang menghasilkan gol hasil umpan Derry Rachman. 

Sayang saat memasuki musim kompetisi Liga 1 2019, ia lebih sering masuk sebagai pemain pengganti karena pada saat itu ia harus berebut posisi dengan Brian Ferreira, Sidik Saimima dan Dave Mustaine. 

Memasuki kompetisi musim 2021/22 ia membela Persebaya Surabaya, potensinya terasah ketika ia selalu mendapat menit bermain, tak adanya gelandang serang asing membuat ia mendapat tempat di Persebaya tidak seperti saat di PSS. 

Berposisi gelandang serang dibelakang trio BMW, Bruno Morerira, Marukawa Taisei, dan Wilkson membuat dirinya sangat mencolok sehingga Shin Tae Yong kepincut oleh talenta asal Sorong tersebut. Bergabungnya Kambuaya membuat Papua menjadi produsen pesepakbola terbaik di tanah air, mulai dari Rully Nere, Eduard Ivakdalam, Boaz Salossa, hingga Ricky Kambuaya. 

Dua sosok pelatih yang berperan adalah Seto Nurdiantoro saat di PSS Sleman membawa dirinya bermain di kompetisi tertinggi, apabila ia tidak mendapat kesempatan tersebut mungkin dirinya tak bisa menjadi seperti saat ini, begitu halnya dengan Aji Santoso di Persebaya Surabaya yang memberi kepercayaan pada dirinya sebagai pemain utama sehingga potensi dan kemampuannya bisa muncul membuat Shin Tae Yong memanggilnya ke timnas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline