Oleh: Rut Sri WahyuningsihKali ini mau bertandang ke Negri Jiran, Negeri Serumpun Bambu, Malaysia. Bukan mau klaim mengklaim sebagaimana beberapa tahun lalu. Yang heboh dengan wayang kulit, reog, sate padang dan sebagainya yang diklaim Malaysia.
Indonesia meradang, nasionalismenya muncul. Budaya asli diklaim, ganyang Malaysia bertandang. Itulah buruknya nasionalisme. Tak peduli seakidah semua dianggap musuh ketika teritorial wilayah, budaya dan sosial diserang.
Bagaimana kini? berlalu serangan berlalu pula perjuangan bahkan pertahanan. Syaikh An -Nabhani rahimahullah menjelaskan dalam kitab Nidzomul Islam ( Peraturan Hidup Dalam Islam), ikatan yang paling rendah untuk membuat manusia bangkit secara pemikiran , perasaan dan peraturan adalah ikatan Nasionalisme. Karena ia temporal ada hanya jika ada serangan, ketika tidak ya hilang. Kedua karena ia berdasarkan perasaan cinta tanah air semata, bukan karena Allah sehingga sempit. Ketiga tak layak, karena nilainya rendah.
Maka, kelak hanya Daulah Khilafah yang mampu menyatukan seluruh negeri- negeri kaum Muslimin. Sehingga kaum Muslim adalah satu, meskipun budaya, bahasa dan letak berbeda.
Ramadan di Malaysia tidak terlalu berbeda dengan Indonesia. Karena bertetangga, tradisi yang ada pun masih mirip-mirip. Dilansir Saudi Gazette, hari pertama Ramadhan adalah hari libur nasional di Melaka, Johor dan Kedah, mirip seperti di Indonesia. Sebagian besar kantor memberi izin cuti dan tidak banyak aktivitas di jalanan. Kantor dan perusahaan di Malaysia juga mengurangi jam kerja karyawannya pada saat bulan Puasa Ramadhan. Jika biasanya jam kerja pukul 9:00am hingga pukul 6:00pm (8jam/hari), saat bulan Ramadhan berubah menjadi pukul 09.00am hingga 5:00pm (7jam/hari), atau dikurangi satu jam tiap hari. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan mereka yang berpuasa untuk mempersiapkan santapan berbuka
Mereka mempersiapkan Ramadhan di rumah. Salah satu tradisi Malaysia setiap bulan suci adalah membuat dan membagi-bagikan bubur lambuk, bubur nasi yang dibuat dengan potongan daging, santan, rempah dan lainnya.
Bubur lambuk yang paling populer dan paling banyak dicari adalah bubur lambuk versi Masjid Kampung Baru. Setiap harinya, masjid membuat 20 tong besar bubur sejak pukul 08.00 hingga 16.00. Setelah itu, orang-orang tampak mengular mengantri untuk mendapat bubur. Bubur lambuk Kampung Baru ini disebut-sebut jadi yang terbaik di Malaysia. Ia dibuat dengan resep tradisional yang sudah turun temurun.
Selain tradisi bubur lambuk, mirip seperti di Indonesia ada pasar makanan yang marak menjelang berbuka. Bazar makanan ini menyebar di setiap sudut kota, mulai dari yang kecil hingga yang akbar. Beragam macam makanan tumpah ruah dengan masing-masing aroma yang mengugah. Bazar Ramadhan juga tidak jarang menjual barang-barang keperluan Hari Raya.
Atmosfer perayaan begitu kental di Malaysia. Sebagian besar mal pusat perbelanjaan, khususnya di Kuala Lumpur dan Selangor akan berhias dan mendekor setiap sudut tempat dengan tema Ramadhan. Pusat belanja untuk Idul Fitri biasanya ramai di Jalan Tuanku Abdul Rahman dan Jalan Masjid India di Kuala Lumpur. Para pembeli dan penjual ramai dari sejak pagi hingga malam.
Lagu-lagu Ramadhan lokal pun terus mengalun di hampir semua tempat. Dari radio hingga mal perbelanjaan. Saat malam datang, masjid ramai oleh jamaah yang shalat malam. Setelah tarawih, orang-orang berkumpul untuk bersilaturahim. Mereka duduk dan makan bersama. Waktu Adzan subuh di Malaysia yaitu sekitar pukul 06.00am waktu Malaysia, waktu buka puasa sekitar pukul 7:30pm waktu Malaysia, dan waktu shalat tarawih adalah sekitar pukul 8:30pm.
Malaysia adalah Negara Islam akan tetapi jumlah masjid di sini terhitung masih sedikit. Namun meskipun begitu sudah banyak sekali surau. Masjid-masjid di Malaysia terbukti sangat ketat, karena di pantau langsung oleh Jabatan Agama Islam Malaysia.