Beranjak dari sebuah pemikiran seseorang dengan tidak membiasakan seseorang atau seorang anak diberikan imbalan atas apa yang telah dikerjakannya, karena dengan begitu pribadi anak akan lebih menghargai tujuan atas hal yang dikerjakan bukan karena apa yang akan di dapat setelah mengerjakan sesuatu hal.
Akhir-akhir sedang marak istilah Millenial Parenting atau biasa disebutnya dengan 'Pengasuhan yang damai'. Generasi milenial berpegang pada pola pengasuhan yang positif dan lembut lebih dari generasi sebelumnya sebagian karena kemajuan dunia internet dan media sosial yang memberikan mereka akses ke banyak nasihat pengasuhan yang mendorong untuk mengajukan pertanyaan, mengeksplorasi perasaan, dan menghindari rasa malu.
Pola pengasuhan generasi milenial sangat menekankan pada sesuatu yang positif. Tidak ada kalimat negatif atau menyalahkan anak seperti, "Gitu saja tidak bisa" atau "Yang lain bisa, kenapa kamu tidak bisa?". Maka dari itu orang tua diharapkan dapat memberikan ruang tumbuh dan memberi kesempatan bagi anak untuk melakukan kesalahan sehingga anak dapat belajar dari kesalahan yang telah dilakukan dan memaknai hasil kesalahannya tersebut. Orang tua pun seharusnya memiliki pemahaman bahwa setiap anak juga memiliki keunggulan dan potensi pada masing-masing pribadi.
Kemudian apakah pola asuh generasi millenial ini mengacu pada sebuah teori belajar yaitu teori behavioristik yang dimana lebih mengedepankan perubahan perilaku siswa/seorang anak sebagai hasil proses pembelajaran?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H