Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam cara konsumen berbelanja. Belanja daring atau e-commerce menjadi fenomena baru yang semakin populer, terutama di kalangan generasi muda. Munculnya berbagai platform belanja online seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan Lazada telah mengubah cara konsumen berinteraksi dengan produk dan layanan yang mereka butuhkan. Salah satu inovasi terbaru yang mempengaruhi perilaku belanja adalah fitur TikTok Shopping. Fitur ini membawa dimensi baru dalam dunia e-commerce, memberikan kemudahan bagi pengguna TikTok untuk berbelanja langsung melalui video yang mereka tonton. Di balik pesatnya adopsi fitur ini, muncul berbagai tantangan bagi pelaku usaha di pasar tradisional, termasuk Pasar Tanah Abang, yang kini menghadapi persaingan ketat dengan platform daring.
TikTok Shopping adalah fitur dari aplikasi media sosial TikTok yang memungkinkan pengguna untuk melakukan pembelian langsung dari video yang mereka tonton. Penjual dapat menampilkan produk dalam konten video, yang memberikan pengalaman interaktif dan menarik bagi konsumen. Hal ini memberikan peluang bagi penjual untuk menjangkau audiens yang lebih luas dan meningkatkan penjualan secara signifikan. Penelitian Kurniawan et al. (2021) menunjukkan bahwa TikTok Shopping membantu pelaku bisnis memperluas jangkauan mereka, menarik lebih banyak konsumen, dan meningkatkan volume penjualan.
Bagi konsumen, TikTok Shopping menawarkan kemudahan dalam menemukan dan membeli produk tanpa harus meninggalkan platform. Studi oleh Utami et al. (2022) menyoroti bahwa fitur ini mengurangi langkah-langkah yang biasanya diperlukan dalam proses belanja online, memberikan efisiensi yang lebih besar dan kenyamanan yang lebih tinggi. Namun, kemudahan ini juga membawa dampak negatif. Suryani et al. (2022) menyoroti bahwa peningkatan preferensi konsumen terhadap belanja daring telah mengurangi minat mereka untuk berbelanja di toko fisik, seperti Pasar Tanah Abang.
Pasar Tanah Abang, salah satu pusat perdagangan terbesar di Jakarta, dikenal sebagai destinasi utama bagi pedagang grosir dan pengecer dari berbagai wilayah di Indonesia. Namun, dengan semakin populernya platform belanja online seperti TikTok Shopping, minat konsumen untuk berbelanja secara fisik di Tanah Abang mengalami penurunan. Studi Pratama et al. (2022) menunjukkan bahwa konsumen cenderung beralih ke platform online karena kemudahan dan efisiensi yang ditawarkannya. Pasar fisik tidak lagi menjadi pilihan utama bagi mereka yang menginginkan kenyamanan dan kecepatan dalam berbelanja.
Di sisi lain, persaingan yang semakin ketat antara penjual di platform daring juga memberikan tantangan baru bagi pedagang tradisional di Tanah Abang. Sementara beberapa penjual mampu memanfaatkan teknologi untuk memperluas jangkauan mereka, banyak yang masih belum terampil dalam menggunakan platform e-commerce atau media sosial untuk memasarkan produk mereka. Akibatnya, ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan tren digital ini menempatkan mereka pada posisi yang kurang menguntungkan dalam bersaing di era modern.
Untuk menghadapi penurunan minat konsumen berbelanja di Pasar Tanah Abang, pemerintah telah mengambil sejumlah langkah strategis. Salah satunya adalah mendorong digitalisasi di sektor perdagangan tradisional. Sari et al. (2021) mencatat bahwa pemerintah telah memberikan pelatihan dan pendampingan kepada pedagang di Tanah Abang untuk memanfaatkan platform e-commerce seperti TikTok Shopping dan media sosial lainnya guna meningkatkan penjualan mereka. Pemerintah juga berupaya untuk mempromosikan kembali belanja offline dengan memberikan insentif kepada penjual dan menggalakkan kampanye untuk mendukung pasar lokal.
Inovasi dan digitalisasi juga menjadi solusi jangka panjang yang perlu diterapkan di pasar tradisional. Pratama et al. (2022) merekomendasikan pengembangan aplikasi atau platform belanja online khusus untuk Pasar Tanah Abang yang memungkinkan konsumen untuk tetap berinteraksi dengan pasar secara daring tanpa harus meninggalkan kenyamanan rumah mereka. Hal ini diharapkan dapat menarik kembali minat konsumen sekaligus memberikan ruang bagi pedagang tradisional untuk bersaing di dunia digital.
Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, asosiasi pedagang, dan platform e-commerce seperti TikTok sangat penting. Kolaborasi ini dapat menciptakan sinergi yang saling menguntungkan, di mana platform daring membantu mempromosikan produk-produk lokal, sementara pedagang tradisional mendapatkan akses lebih luas ke pasar digital. Kurniawan et al. (2021) menekankan pentingnya sinergi ini untuk memastikan bahwa pedagang tradisional tetap relevan di tengah persaingan yang semakin ketat.
Untuk mengatasi tantangan yang dihadapi Pasar Tanah Abang akibat dampak TikTok Shopping, beberapa langkah dapat diambil. Pertama, pemberdayaan pedagang melalui pelatihan dan pendampingan yang intensif dalam memanfaatkan teknologi digital sangat penting. Kedua, inovasi dalam bentuk pengembangan platform belanja daring yang terfokus pada pasar tradisional seperti Tanah Abang perlu diperkuat. Ketiga, kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, asosiasi pedagang, dan platform e-commerce, perlu diperluas untuk menciptakan ekosistem yang mendukung keberlanjutan pasar tradisional.
TikTok Shopping, dengan segala kemudahan dan interaktivitasnya, memang telah mengubah cara konsumen berbelanja. Dampaknya terhadap perilaku belanja konsumen, termasuk penurunan minat untuk berbelanja di Pasar Tanah Abang, tidak dapat diabaikan. Sebagai generasi yang tumbuh bersama perkembangan teknologi, saya melihat bahwa kenyamanan yang ditawarkan oleh platform digital sangat menggoda. Namun, saya juga merasa prihatin melihat bagaimana kemajuan ini dapat mengancam eksistensi pasar tradisional yang memiliki nilai sosial dan budaya tersendiri. Namun, dengan adaptasi yang tepat, digitalisasi, dan inovasi, pasar tradisional masih memiliki peluang besar untuk bersaing di era digital.
source : Jurnal Manajemen dan Pemasaran Jasa