Lihat ke Halaman Asli

RUTH YOHANA

Budak Corporate

Suku Baduy dan Segala Ketulusannya

Diperbarui: 16 Juni 2023   13:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menjunjung tinggi nilai suatu budaya dan leluhur adalah salah satu keunikan tersediri dari Suku Baduy.

Iya mereka adalah salah satu keunikan yang sungguh Luar biasa indah di Indonesia. Penatnya Ibu kota dengan segala runtutan pekerjaannya, rasa sesak akibat hantaman hataman kenyataan kerasnya ibu kota membuat kita ingin rasanya untuk " Healing". Jika biasanya pantai atau air terjun pilihanku, kali ini aku mencoba tempat baru.

Yah berkunjung ke Suku Baduy, Healing tertenang versiku saat ini, Suku Baduy terletak di Banten. Untuk sampai kesana dari Jakarta kemarin saya menggunakan kereta dari Tanah Abang - Rangkasbitung. Sesampainya di Satasiun Rangkasbitung masih harus menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam dari stasiun Rangkasbitung menuju Terminal Ciboleger.

Suku Baduy terdiri dari Suku Baduy Dalam dan Suku Baduy Luar. Apa yang membedakan keduanya secara jelas kita bisa melihat, untuk suku Baduy Luar sudah mulai megenal yang namanya teknologi dan juga pakaian, sedangkan suku Baduy Dalam masih murni dengan kehidupan awalnya. Tidak menggunakan alas kaki, tidak bersekolah, dan hanya menggunakan baju berwarna putih atau pun hitam.

Saat itu saya dan teman-teman yang lain berkesempatan untuk bisa mengunjungi sampai ke suku Baduy Dalam dan menginap dirumah salah satu warga suku Baduy Dalam. Perjalanan ditempuh cukup panjang, kurang lebih 6 jam sampai di Baduy Dalam dengan melewati medan yang cukup curam, mendaki dan menurun serta bebatuan. Apalagi waktu itu sedang hujan deras, perjalanan semakin terasa berat. Tetapi semua menjadi lebih ringan karna dilalui bersama-sama dengan team, guide berpengalaman dan ramah, serta warga Baduy dalam yang ikut menjemput sekaligus membuka jasa porter.

Selama kita masih berada dikawasan Baduy Luar, kita masih dibebaskan untuk mengambil segala bentuk dokumentasi, mengunakan alat-alat mandi kimia atau pun skincare. Tetapi saat kita sudah berada dikawasan Baduy Dalam, maka semua itu tidak dapat kita lakukan lagi. Menurutku disinilah keunikan dan ketenangan itu, satu malam hidup dengan penuh ketenangan, tidak ada suara klason, tidak ada Polusi, tidak ada kebisingan ibu kota, yang ada hanya suara teduh air, dan merdunya kicauan burung. Dan satu hal yang paling menenangkan lainnya adalah ketulusan masyarakat di Suku Baduy Dalam ( karna saya saat itu hidup 1 malam bercengkrama dengan mereka), nampak jelas dari sorot mata mereka dan wajahnya yang begitu tulus, tidak ada wajah-wajah rasa iri, ego,saling menjatuhkan, atau hal lainnya serupa yang biasa  terjadi di kota.

Saat berbincang-bincang dengan warga Suku Baduy, kami sempat bertanya pada salah satu Ayah ( Sebutan untuk lelaki yang sudah menikah dan punya anak), apakah disini pernah ada pertengkaran, dia mengatakan tidak pernah ada karna itu tidak berguna sama sekali. Mendengar itu hati saya berdesir, iya benar semua pertengkaran, rasa ego, iri tidaklah ada gunanya, semua hanya akan menghancurkan semua pihak. Sejenak saya merenungi bahwa hal yang sering sekali saya lupakan dalam berelasi dengan seseorang adalah hilangnya ketulusan.

Satu malam di Suku Baduy, Saya belajar banyak hal, tentang bagaimana adat istiadat mereka, kehidupan spiritual, pekerjaan, dan banyak lainnya. Salah satu hal yang menarik dalam tradisi pernikahan di Baduy Dalam adalah, sejak kecil anak-anak mereka sudah dijodohkan dan tidak ada kamus " galau, trust issue atau semacamnya" dimereka seperti kita yang tinggal di kota..hehehe... Tenang ya ngk harus galau-galauin pasangan :).

Untuk mata pencaharian disana itu adalah perkebunan, masyarakat disana memiliki ladang-ladang yang mereka tanami tumbuh-tumbuhan yang bisa menghasilkan seperti kelapa, durian, dll. Nantinya hasil alam ini akan mereka bawa keluar Baduy untuk dijual. Hampir seluruh waktu mereka, mereka habiskan di ladang, sehingga disana mereka membangun rumah singgah mereka yang biasa disebut " saung" dan biasanya mereka hanya akan kembali ke rumah utama saat ada acara tertentu atau pun saat akhir pekan ( karna biasanya akhir pekan akan ada wisatakan yang berkunjung ). Mengapa begitu? Karna jarak antara rumah dan ladang itu sangat jauh dan bisa menghabiskan waktu berjam-jam, dan cukup melelahkan dan menghabiskan waktu jika mereka harus bolak balik setiap harinya.

Disini juga tidak ada listrik, bukan karna pemerintah tidak peduli, tetapi memang dari masyarakatnya sendiri tidak ingin adanya teknologi yang masuk, karna takutnya akan merusak tatanan kehidupan mereka. Tetapi bukan berarti mereka anti terhadap pemerintah atau pun orang asing, mereka selalu mendoakan siapapun pemimpin negeri ini, dan untuk orang asik mereka juga welcome menyambut setiap wisatawan yang ingin berkunjung, tinggal kitanya saja sebagai pendatang yang memang harus megikuti dan menghormati setiap adat istiadat mereka.

Seperti diawal diceritakan suku Baduy terdiri dari Baduy Dalam dan Baduy Luar. Berbeda dengan Baduy Dalam, Baduy Luar sudah mulai menerima teknologi yang ada, sudah mulai bersekolah, dan juga mengenakan alas kaki dan pakaian seperti masyrakat di Luar Baduy.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline