Pekalongan - Sebanyak 12 orang pegawai Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIA Pekalongan belajar Bahasa Isyarat dan Huruf Braille pada Rabu (17/07).
Bekerja sama dengan Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Pekalongan, Rutan Pekalongan serius untuk mewujudkan Pelayanan Publik Berbasis Hak Asasi Manusia (P2HAM)
Nufiroziqin selaku guru di SLB Negeri Pekalongan kali ini menjadi pelatih pada kegiatan yang dilaksanakan di aula Rutan, mengawali dengan materi klasifikasi penyandang disabilitas.
Pak Fifi, sapaan akrab Nufiroziqin menjelaskan bahwa bahasa isyarat adalah bahasa yang digunakan oleh orang-orang yang mengalami gangguan pendengaran atau tuli untuk berkomunikasi dengan menggunakan gerakan tangan, ekspresi wajah, dan bahasa tubuh.
"Di SLB Pekalongan, terdapat dua jenis bahasa isyarat yang diajarkan serta sering digunakan, yakni SIBI (Sistem Bahasa Isyarat Indonesia) dan Bisindo (Bahasa Isyarat Indonesia)." terang Nufiroziqin.
Selain itu, 12 orang petugas tersebut juga belajar tentang huruf Braille. Huruf Braille adalah sejenis sistem tulisan sentuh yang digunakan oleh tunanetra.
"Selain diajari membaca Braille, para peserta juga diajari menulis Braille menggunakan alat reglet dan pen. Dalam alat tersebut terdapat 6 lubang titik pada tiap hurufnya. Titik tersebut ditusuk meggunkan pen untuk menciptakan efek timbul" ungkap Ridho, peserta kegiatan.
Sastra Irawan, Kepala Rutan, berharap dengan adanya kegiatan ini dapat meningkatkan kualitas pelayanan publik yang ramah akan penyandang disabilitas seperti tuna netra, tuna rungu dan tuna wicara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H