Lihat ke Halaman Asli

Sayembara Dewi Kunti (Bag. 3)

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Setelah sayembara berlangsung selama lima belas hari dan melewati babak kualifikasi dengan sistem gugur, belum ada satu pun peserta yang bisa merobohkan Raden Bambang Soda. Sayembara di hari keenam belas hanya menyisakan empat besar peserta yang akan bertanding dengan jago sayembara yaitu, Raden Bambang Soda.


  1. Prabu Putaksi, Raja dari kerajaan Piantipura yang sudah beristri 40.
  2. Raden Arasoma, Putra mahkota kerajaan Mandaraka. Datang dengan ditemani adiknya yang bernama Dewi Madrim.
  3. Raden Pandu, adik dari Prabu Destarata raja kerajaan Astinapura. Datang ditemani Punakawan.
  4. Raden Gandara, raja dari kerajaan Prasajenar. Datang ditemani kakaknya yang bernama Gandari.

Suasana sayembara yang bertempat di alun-alun kerajaan dinarasikan oleh Sang Dalang begitu ramai. Penonton berdatangan dari segala penjuru. Para penonton dari kalangan anak muda hanya bisa mengagumi kecantikan Dewi Kunti dari jauh, sebagian malah meneteskan air liur. Entah sudah berapa banyak pemuda yang patah hati. Jika ada yang mengatakan bahwa ‘cantik itu relatif’, memang benar adanya. Kecantikan Dewi Kunti Nalibrata bisa hadir dalam imajinasi orang yang memandangnya, bahkan oleh orang yang baru mendengar namanya. Kunti bukan jasad. Dia hadir sebagai kumpulan ide dan pandangan sebagai manifestasi dari kerinduan kita pada keindahan. Kalau kita mempersonifikasikan dengan siapa pun atau dengan apapun, tidak akan berhasil. Masing-masing orang bebas mengimajinasikannya. Kunti telah melintasi zaman ribuan tahun dari ruang berratus kilometer. Dewi Kunti Nali Brata adalah pusat semesta saat itu, di arena sayembara. Semua menyaksikan dengan penuh penasaran, siapa gerangan yang akan berhasil menggondol Dewi Kunti Nalibrata sebagai istri atau permaisuri. Dan, alangkah beruntungnya Dewi Kunti jika kelak diperistri oleh satria atau raja pemenang sayembara. Dipastikan bahwa pemenang sayembara adalah satria atau Raja yang perkasa.

Putaran Pertama

Pertarungan berlangsung antara Raden Bambang Soda sebagai jago sayembara melawan Prabu Putaksi. Setelah bertarung sejak hari pertama, di hari keenam belas ini, belum kelihatan sedikit pun Raden Bambang Soda kelelahan. Dia bertarung tanpa beban. Menang atau kalah baginya sebuah anugerah yang tak terperi. Kemenangan akan semakin menegaskan keperkasaan Kerajaan Manduraharja sehingga membuat kerajaan lain akan berpikir beribu kali untuk mengganggu kerajaan Manduraharja. Kepastian adiknya, Dewi Kunti Nalibrata, mendapatkan suami yang layak dan teruji adalah kebahagian yang terperi jika dirinya kalah di pertarungan.

Seluruh kemampuan dan kedigdayaan dikeluarkan oleh kedua petarung tanpa menggunakan perkakas perang. Peraturan sayembara memang melarang penggunaan bermacam-macam senjata dan perkakas perang dalam laga. Sudah berpuluh jurus dipergunakan oleh masing-masing petarung. Saling serang dan jatuh bangun terjadi bergantian. Sampai kemudian dalam satu kesempatan, Bambang Soda berhasil menyarangkan pukulan telak pada kepala Prabu Putaksi. Prabu Putaksi yang memang sudah kepayahan, kontan roboh tidak berkutik lagi. Layaknya pertandingan tinju profesional, untuk menjunjung tinggi sportifitas atau dikenal dengan ‘sikap ksatria’, Raden Bambang Soda membiarkan Prabu Putaksi tergolek sampai Prabu Putaksi menyatakan diri menyerah. Raden Arya Prabu sebagai kepala panitia sayembara segera menengahi dan menyatakan bahwa Prabu Putaksi kalah dalam sayembara ini setelah dalam hitungan sepuluh tidak mampu bangkit.

Sayembara dilanjutkan dengan peserta berikutnya, yaitu Raden Arasoma, Putra Mahkota Kerajaan Mandaraka.

Putaran Kedua

Raden Arasoma berperangai kasar dan tinggi hati. Dari awal dai sudah sesumbar bahwa hari ini adalah har naas bagi Raden Bambang Soda. Bambang Soda akan bertekuk lutut di hadapannya. Kemenangan dalam sayembara ini bukan untuk mendapatkan Dewi Kunti sebagai Istri. Tujuannya ikut sayembara ini hanya ingin sekedar menjajal kemampuannya dalam bertarung. Dan, jika pun memang berhak mendapatkan Dewi Kunti Nalibrata sebagai hadiah, Raden Arasoma tidak akan menjadikan Dewi Kunti sebagai Istri sebagaimana tujuan diadakannya sayembara ini. Dewi Kunti Nalibrata akan dijadikan sebagai pembantu di Kerajaan Mandaraka. Keluarga kerajaan Manduraharja tidak bisa protes atau melarang maksud dari Raden Arasoma. Karena itu adalah hak dari pemenang sayembara. Raden Arasoma berdalih bahwa dia sudah beristri dan tidak akan menyakiti hati istrinya. Bagi Raden Arasoma, istri cukup satu. Sebagai laki-laki dia hanya ingin menegaskan eksistensinya dengan kemenangan dalam pertarungan, bukan dengan menggandakan jumlah pendamping. Kasar dan tinggi hati, tapi menyayangi keluarga, itulah gambaran singkat sosok Raden Arasoma. Jenis perangai seperti Raden Arasoma ini masih bisa kita jumpai dalam dunia nyata manusia.

Keengganan Raden Arasoma berjabat tangan dengan Raden Arya Prabu sebagai ketua panitia, enggan berjabat tangan sebelum bertanding dengan Raden Bambang Soda, bahkan memnyambut uluran tangannya dengan sebuah tamparan atau menolak dipanggil dengan pangggilan ‘saudara’, sudah cukup untuk menggambarkan betapa buruk perangai Raden Arasoma.

Seperti apakah jalannya pertarungan antara Raden Arasoma melawan jago sayembara, Raden Bambang  Soda? Bersambung.....




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline