Lihat ke Halaman Asli

Dawala [Prabowo] Gugat

Diperbarui: 20 Juni 2015   03:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

140281667826669095

kiri-kanan: Semar, Astrajingga, Dawala dan Gareng

(Gambar koleksi dedihumas.bnn.go.id)

Pada suatu hari di tepi Sungai Ciliwung, Ki Lurah Semar Badranaya mengadakan sayembara untuk ketiga anaknya; Astrajingga, Dawala dan Gareng. Seyembara ini bertujuan untuk mengetahui siapa yang layak menggantikannya sebagi Lurah di Desa Tumaritis. Sayembara tersebut adalah menyebrangi sungai dengan memilih salah satu peralatan yang sudah disediakan. Kali ini peralatan yang disediakan Cuma 3 jenis: seekor kerbau, seutas tali berupa jalinan akar pohon beringin sepanjang lebar sungai dan sepasang sayap garuda. Aturan mainnya yang lebih tua diberikan kesempatan untuk memilih peralatan lebih dulu.

Sebelum sayembara dimulai Astrajingga sebagai anak tertua memilih tali sebagai alat bantunya. Dia berhitung, dengan pengalaman dan kemampuannya berenang akan terbantu keselamatannya dengan seutas tali di pinggang yang terikat pada batang pohon beringin si tepi sungai. Lagipula dia takut ketinggian kalau harus memilih Sayap Garuda. Diikuti oleh Dawala sebagai anak kedua memilih sayap untuk membantunya menyebrangi sungai. Dengan sayap dia bisa lebih cepat sampai, pikirnya, begitu juga pikir kita pada umumnya. Dan untuk Gareng, anak paling muda, hanya tersisa kerbau. Kedua kakaknya tidak ada yang memilih kerbau karena keduanya tidak ada yang mampu menduga kedalaman sungai. Selain itu juga kerbau dinilai lamban dan kawatir terseret arus sungai yang deras seperti pernah terjadi sebelumnya. Beruntung waktu kejadian itu pengendali kerbau, walaupun seorang putri, sangat tangkas mengendalikan kerbau menerjang arus yang kuat. Mungkin juga karena waktu itu sang kerbau masih sangat kokoh. Belum dirasuki roh jahat.

Gareng menyadari bahwa mengendarai Kerbau saja tidak cukup untuk bisa bersaing dengan kedua kakaknya untuk menyebrangi sungai. Apalagi dia juga merasa tidak cukup mempunyai kemampuan berenang jika ternyata sungai tersebut cukup dalam untuk menenggelamkan kerbau atau kerbau tidak mampu menahan terjangan arus.Dia harus bisa memperoleh alat bantu lain, semisal pelampung, dengan cara diam-diam. Karena menggunakan peralatan selain alat yang telah disediakan adalah pelanggaran dalam sayembara ini. Memahami situasi yang akan terjadi, secepatnya Gareng menghubungi Paman Togog yang terkenal Kaya dan memiliki kemampuan sirep (ilmu melenakan orang).

Selain itu, sebelum sayembara benar-benar dimulai, Gareng juga menjalankan strategi lain. Gareng mengusulkan kepada Dawala untuk meminjamkan sepasang sayap Garuda untuk digunakan sebagai pelampung untuk merentangkan tali milik Astrajingga ke seberang sungai.

Dawala tidak bodoh. Dia berkilah, “Kenapa kamu melakukannya? Bukankah itu menyalahi peraturan? Itu bisa disebut PENGKHIANATAN!”

Gareng tetap ngotot dan terus membujuk bahwa apa yang dilakukannya tidak melanggar peraturan. Lagipula tidak bakal ada yang tahu. Itu juga sebagai pengabdian dirinya sebagai seorang adik, agar kedua Kakaknya bisa sampai ke seberang Sungai dengan selamat. Gareng juga meyakinkan Astrajingga dan Dawala bahwa dia ‘Ra mikir’ dengan posisi sebagai Lurah menggantikan Semar. Gareng ikhlas ‘ra popo’ jika salah satu dari kakaknya, Astrajingga atau Dawala bisa menjadi Lurah. Toh, Gareng juga menyampaikan kalau dia masih menjabat sebagai Kepala RT di lingkungan tempat tinggal Ki Lurah Semar. Itu berarti masih ada hutang janji kepada masyarakat lingkungan RT-nya waktu kampanye pemilihan Kepala RT.

Sebagai mantan Ksatria yang ditempa di Kawah Candradimuka, Dawala tetap dengan pendiriannya untuk berlomba secara Ksatria. Kalau pun harus membantu dan bekerja sama, Dawala lebih memilih membantu Astrjingga jika yang bersangkutan bersedia.

Gareng tidak putus asa, dia pun meminta Paman Togog untuk menggunakan Aji Sirep untuk mempengaruhi semua penghuni wilayah itu untuk melakukan berbagai operasi yang bisa menghambat Dawala dan Astrajingga memenangi sayembara. Misalnya, mencabuti bulu-bulu sayap Garuda milik Dawala atau menggerogoti serat-serat tali milik Astrajingga dan lain-lain.

Bagaimana hasil sayembara tersebut? Siapakah yang berhak menjadi Lurah di Desa Tumaritis? Apa yang bakal terjadi selama sayembara berlangsung nanti?

Hari masih terlalu pagi untuk mengetahui hasilnya. Saat ini Cuma bisa mengira-ngira. Sayembara baru berlangsung nanti hari ke-7 jam 9.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline