Perjalananku dimulai pada pertengahan tahun 2015, di sebuah pondok yang terletak di kaki Gunung Andong. Udara dingin dan segar sepertinya akan menemaniku setiap harinya. Ya, bagaimana tidak, aku akan menempuh 7 tahunku disini untuk menghafal Al-Quran dan menimba ulum syar'i.
Tempat yang cukup jauh dari halaman rumahku. Semuanya harus dikorbankan untuk menuntut ilmu. Dan sepertinya aku akan mendapatkan banyak pengalaman selama aku menimba ilmu disini, dan akan menjadi kenangan yang sangat berharga setelah kelulusanku dari pondok ini.
Jangan malu, prinsip dari umi dalam menuntut ilmu yang kupegang apalagi saat menjadi santriwati baru. Hingga datang giliranku untuk membaca potongan ayat, kubaca potongan ayat tersebut bagaimanapun bentuk mulutku saat itu, kuusahakan untuk menyerupai apa yang telah dicontohkan oleh ustadzah sebelumnya.
Halaqah hari berikutnya pun datang, ustadzah memilih beberapa santriwati untuk maju kedepan dan membaca surat pendek yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya, aku dan beberapa temanku terpilih untuk maju didepan santriwati. Ya, pengalaman yang tidak terlupakan, dan dari situ ada dorongan semangat baru untuk terus belajar.
Percayalah kawan, proses menghafal di pondok adalah proses yang sangat indah, manis, mengesankan dan tak akan terlupakan. Menikmati adalah salah satu cara supaya tidak merasa lelah dan bosan, meskipun pasti datang rasa itu, tapi karena ingat kembali masih panjangnya perjalan dalam menghafal dan perjuangan orang tua yang mengantar dari jauh maka kembali lagi semangat itu dan hilang seketika rasa lelah dan bosan yang sedang menghinggapi diri.
Halaman demi halaman kuhafalkan, lembar demi lembar kutekuni, juz demi juz kulewati, dengan tangis keputusasaan saat susah menghafal, tangis kesedihan karena teguran ustadzah, tawa kebahagiaan ketika lancar dalam menyetorkan hafalan, semuanya datang silih berganti menghiasi hari-hari masa menghafal. Memang tidak mudah dilewati, tapi ketahuilah kawan masa-masa itulah yang akan sangat dirindukan nantinya.
Sampai pada akhirnya tibalah saatnya ujian akbar terbuka bagi santriwati yang sudah selesai menghafal 30 juz dan sudah melewati serangkaian ujian yang harus ditempuh. 1 Januari 2018, hari yang sangat besar bagiku, hari dimana aku dan beberapa santriwati lainnya diuji kelayakannya untuk mengikuti wisuda tahfidz. Hanya do'a dan tawakal pada saat itu yang dapat diandalkan, setelah semua usaha manis dan pahit dikerahkan.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmatNya sehingga aku bisa menghafal kalamNya. Sungguh ini adalah sebuah permulaan, karena apa yang harus dihadapi setelahnya akan lebih susah, apakah bisa aku menjaganya hingga akhir nafasku, apakah bisa kuamalkan apa yang sudah kuhafalkan, apakah bisa aku mengajarkannya pada orang lain, apakah Allah akan memberi taufikNya sehingga aku bisa menjalankan itu semua.
Semuanya ada di tanganku, tergantung pilihanku, apakah aku mau berusaha dan bersusah payah untuk melakukan itu semua, karena ketahuilah wahai kawan tanggung jawab itu adalah tanggung jawab yang sangat besar, karena balasan yang Allah janjikan juga besar, maka butuh perjuangan yang besar pula.
Hanya dengan taufik Allah seseorang akan bisa terus istiqamah pada jalan yang seharusnya. Dan ingat kawan, jadilah Ahlul Quran yang hakiki, yang tidak hanya terletak pada lisannya saja, pelajarilah dan amalkanlah isi dari Al-Quran tersebut. Sungguh Al-Quran adalah pedoman hidup kita, maka barangsiapa yang tidak mengetahuinya akan tersesat dalam kehidupan dunianya.
Alhamdulillah, kuucapkan segala syukurku pada Allah atas segala nikmat yang tak terhitung, yang telah memberiku kemudahan dan kelancaran dalam menghafal Al Quran dan menimba ilmu. Kedua, pada orangtuaku yang telah mengerahkan segala usahanya, mencari uang siang dan malam untuk biaya menuntut ilmuku, berdo'a untukku, menyemangatiku dan usaha-usaha lainnya yang tidak bisa kusebutkan seluruhnya.