Suku Minangkabau atau suku Minang merupakan etnis yang mayoritasnya berada di Pulau Sumatera bagian barat. Mereka hidup berdasarkan adat dan budaya Minangkabau.
Eksistensi dari orang Minangkabau itu sangat terkenal karena budaya-budaya yang sangat membedakan suku Minang dengan suku-suku lain di Indonesia, seperti merantau, petatah petitih dan salah satunya yakni sistem kekerabatan Matrilineal yang dianut oleh suku Minangkabau, karena dominan suku-suku yang ada di Indonesia banyak yang menganut sistem patrilineal.
Dan juga biasanya, kebanyakan dari orang-orang yang berada diluar atau kurang mengenal budaya pasti tidak mengetahuinya atau bahkan kaget bahwa terdapat budaya seperti ini. Berdasarkan artikel Town and Country, bahwasannya suku Minangkabau masih menjadi masyarakat penganut sistem matrilineal di dunia.
Apa sih, yang dimaksud dengan Matrilineal ?. Matrilineal berasal dari kata matri (ibu) dan lineal (garis) yang berarti sistem kekerabatan yang mengacu kepada garis keturunan ibu. Karena budaya matrilineal ini menjadikan pandangan terhadap status perempuan terkhsus seorang ibu menjadi sangat sentral.
Sehingga pemahaman yang dimiliki dalam adat Minangkabau yakni perempuan memiliki derajat yang tinggi, dan juga orang-orang Minangkabau sangat mengistimewakan kaum perempuannya.
Sehingga terdapat beberapa perbedaan hak-hak meliputi hak material dan moral yang diterima oleh kaum laki-laki dan kaum perempuannya. Salah satunya ditunjukan dengan istilah bundo kanduang yang dalam masyarakat diberikan kehormatan yang dalam artian sebagai perempuan yang diberi kehormatan dan keutamaan menurut oleh adat.
Selain itu perempuan atau ibu merupakan peilik dari harta pusaka yang diterima dari mamak atau paman kepada kemenakan atau keponakannya. Harta ini nantinya akan diturunkan kembali kepada keturunan dari kaum perempuan sebagai penerus garis keturunan.
Mengapa orang Minang menganut sistem matrilineal ?. hal ini tidak lepas dari sejarahnya, berula pada zaman datuk Perpatih nan Sabatang dan datuk Katumanggungan di Minangkabau yang cinta akan perdamaian sehingga ia tidak memiliki suatu tentara atau prajurit perang.
Hal ini menyebabkan banyak ancaman yang datang dari kerajaan lain, salah satunya dari kerajaan Majapahit yang saat itu dalam komando panglima perang Adityawarman.
Lalu Kerajaan Minangkabau bukan bersiap untuk perang, melainkan menyambut kedatangan kerajaan ajapahit dengan keramahan dan tawaran pernikahan dengan adik kandungnya yang bernama Putra Jamilah. Tibanya mereka di ranah Minangkabau, Adityawarman merasa binggung dengan cara kerajaan Minangkabau ini dalam menyambut tamu, karena mereka datang sebagai ancama kerajaan Minangkabau.
Walau terjadi lika-liku akhirnya Adityawarman pun terpikat kepada Putri Jamila, dan mau untuk menikahinya dan Adityawarman dianggkat menjadi rajanya. Tapi saat itu mereka tahu bahwa budaya dari Adityawarman bahwa keturunan berdasarkan garis ayah.