Saya lama menggeluti olahraga yang merupakan ibu dari cabang olahraga dan olahraga paling murah yakni Atletik. Meskipun lama menekuni tapi tidak menjamin untuk terus rajin berolahraga. Apa lagi sedang berpuasa ditambah lagi dengan masa pandemi Covid-19.
Antara awal tahun 1980 an hingga awal tahun 1990 an saya rutin latihan Atletik untuk nomor marathon dan jalan cepat. Sejumlah kejuaraan atletik tingkat nasional saya ikuti mewakili provinsi Sumatera Selatan. Waktu itu Bangka belum menjadi provinsi kepulauan Bangka Belitung.
Puasa seperti sekarang ini saya selalu diingatkan istri agar terus berolahraga. Ada satu foto kenangan saya yang di pajang di dinding rumah. Foto ini ketika saya meraih medali emas Sirkuit Atleik se Sumatera lebih 30 tahun lalu. Foto inilah yang selalu mengingatkan saya untuk terus berolahraga. Walaupun puasa harus tetap berolahraga.
Untuk menulis tentang aktifitas berolahraga meski sedang puasa, saya minta anak saya yang bungsu untuk mengambil foto saya lagi olahraga pagi, Minggu (10/5).
" Foto yang bagus ya?" Pinta saya.
Si Bungsu tampak heran, kok saya tumben-tumbennya minta di foto saat berolahraga?
"Untuk Kompasiana."
Ia tersenyum.
Setiap gerakan saya diikuti. Sanbil sesekali ia melihat hasil jepretannya.
"Hasilnya jelek, ayah jelek," candanya dengan manja.
"Terima kasih," ujarku dengan napas terengah.