Sebelum memasuki Ramadan sudah ada kesepakatan para pimpinan organisasi massa (ornas) Islam bahwa masjid tidak lagi menggelar salat Jumat untuk sementara bertujuan memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19.
Tambah semakin sedih ketika memasuki Ramadan 1441 H masjid belum juga membuka pintu untuk menyelenggarakan salat Jumat dan juga tidak ada salat Tarawih. Namun demikian masih ada yang melanggar kesepakatan yang dibuat pimpinan ormas, kantor Kementerian Agama dan Pemkab Bangka. Masjid di kabupaten Bangka masih ada yang menyelenggarakan salat Jumat. Masjid di dekat rumah sudah tidak lagi menggelar salat Jumat.
Apakah saya harus mencari masjid yang masih menyelenggarakan salat Jumat? Masih terdengar sayub-sayub suara khatib dari pengeras suara masjid. Berarti jarak masjid dengan rumah saya lumayan jauh, tidak mungkin saya bisa mengejar untuk bisa turut salat Jumat.
Masih belum ada kesepakatan seluruh masjid membuat jemaah bingung. Semakin membuat rasa berdosa karena tidak salat Jumat dan digantikan dengan salat Zuhur. Semuanya ini untuk menghindari berkumpulnya banyak orang yang rentan menularnya virus Covid-19.
Di kota Sungailiat sebagian besar masjid tidak lagi menggelar Jumatan dan Tarawih di bulan Ramdan ini. Masjid hanya mengumandangkan suara Azan pada saat memasuki waktu salat. Tapi bagaimana dengan masjid di luar Sungailiat terutama di desa-desa? Juga masih ada yang tidak mengindahkan kesepakatan.
Ketika tim Gugus Tugas Percepatan penanganan Covid-19 kabupaten Bangka menjemput warga di desa Baturusa, kecamatan Merawang yang positif Covid-19 berinisial MIK untuk dibawa ke tempat karantina di Balai Diklat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di Pangkalpinang terungkap masjid yang ada di desa itu masih menyelenggarakan salat Jumat dan Tarawih tidak mengindahkan kesepakatan yang telah dibuat pimpinan ormas Islam di kabupaten Bangka.
Menurut juru bicara Gugus Tugas Percepatan penanganan Covid-19 Boy Yandra, setelah diketahui warganya ada yang positif Covid-19 baru mau mengikuti kesepakatan pimpinan ormas Islam. Jangan sampai ada korban baru mematuhi kesepakatan. Bisa saja warganya yang positif Corona sudah menyebarkan virus kepada jemaah yang lain ketika ia ikut salat berjemaah.
Mengapa sikap patuh terhadap sebuah kesepakatan dan aturan pemerintah untuk memutus penyebaran virus Covid-19 setelah ada korban, bukankah mencegah lebih baik dari pada mengobati? Ketika warga desa itu memutuskan tidak lagi untuk sementara menggelar salat berjemaah merupakan keputusan yang sulit dilakukan. Tapi mau apa lagi, inilah keputusan terbaik untuk kepentingan bersama.
Covid-19 jangan sampai menghabisi warga kita. Kita harus melawan untuk menghadapi masa sulit ketika Ramadan dengan menerima kesepakatan para ulama untuk sementara tidak salat Jumat. Ketika diganti dengan salat Zuhur sepertinya Jumat tidak tergantikan. Semoga Allah SWT bisa menerima Ibadah dan mengampuni dosaku. Amin.
Benar-benar sulit untuk menerima kenyataan terkait dengan keyakinan yang telah diajarkan guru agama kita. Saya berusaha lepas dari masalah yang menyulitkan ini. Terus merenung apa yang di katakan para ulama dengan kondisi ini sebagai ikhtiar.
Sudah lebih satu bulan beribadah di rumah saja. Ada yang bisa saya dapatkan hikmah dari ibadah di tengah pandemi yang tidak biasa. Setidaknya terhindar dari sikap riyak, pamer, minta dipuji dan lain-lain. Beribadah di rumah benar-benar terasa kekuatan hablum minnala semakin dekat dengan Allah SWT.