Lihat ke Halaman Asli

Rustian Al Ansori

TERVERIFIKASI

Menulis kehidupan, Menghidupkan tulisan

Puisi | Mata Menatap Buram Kaca Jendela

Diperbarui: 19 April 2020   07:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Bukan kaca yang berdebu, bukan pula embun yang yang mengentalkan debu di jendela. Memang mata sudah lama tidak memandang keluar rumah yang telah menjadi istana. Dua bola mata yang tak lagi menantang sinar surya. Sudah waktunya mengalah dengan masa yang diam tapi menertawakan kita.

Mata tetap bertahan menatap buram kaca jendela. Matahari tidak bertanya, mengapa tidak lansung menatapnya. Kita yang banyak tanya telah menjadikan hati sebagai mulut, mata dan telinga. Yang sering kita adukan bersama-sama hingga kata hati menjadi bisu, telinga hati menjadi tuli, dan mata hati menjadi buta.

Sungailiat, 19 April 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline